Senin, 19 Desember 2011

SEJARAH BIDAN

sejarah bidan




Dalam sejarah bidan Indonesia menyebutkan bahwa 24 Juni 1951 dipandang sebagai hari lahir IBI. Pengukuhan hari lahirnya IBI tersebut didasarkan atas hasil konferensi bidan pertama yang diselenggarakan di Jakarta 24 Juni 1951, yang merupakan prakarsa bidan-bidan senior yang berdomisili di Jakarta. Konferensi bidan pertama tersebut telah berhasil meletakkan landasan yang kuat serta arah yang benar bagi perjuangan bidan selanjutnya, yaitu: mendirikan sebuah organisasi profesi bernama Ikatan bidan Indonesia (IBI) berbentuk kesatuan, bersifat Nasional, berazaskan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.

aIBI yang seluruh anggotanya terdiri dari wanita telah diterima menjadi anggota Kongres Wanita Indonesia (KOWANI) pada tahun 1951, hingga saat ini IBI tetap aktif mendukung program-program KOWANI bersama organisasi wanita lainnya dalam meningkatkan derajat kaum wanita Indonesia. Selain itu sesuai dengan Undang-undang RI No.8 tahun 1985 tentang organisasi kemasyarakatan, maka IBI dengan nomor 133 terdaftar sebagai salah satu Lembaga Sosial Masyarakat di Indonesia.
Pada tahun 1985, untuk pertama kalinya IBI melangsungkan Kongres di luar pulau Jawa, yaitu di kota Medan (Sumatera Utara) dan dalam kongres ini juga didahului dengan pertemuan ICM Regional Meeting for Western Pacific yang dihadiri oleh anggota ICM dari Jepang, Australia, New Zealand, Phillipina, Malaysia, Brunei Darussalam, dan Indonesia. Selanjutnya pada tahun 1986 IBI secara organisatoris mendukung pelaksanaan pelayanan Keluarga Berencana oleh bidan Praktek Swasta melalui BKKBN.
Gerak dan langkah IBI di semua tingkatan dapat dikatakan semakin maju dan berkembang dengan baik. Sampai dengan tahun 2003, IBI telah memiliki 30 pengurus daerah, 342 cabang IBI (di tingkat Kabupaten / Kodya) dan 1,703 ranting IBI (di tingkat kecamatan) dengan jumlah anggota sebanyak 68,772 orang. Jumlah anggota ini meningkat dengan pesat setelah dilaksanakannya kebijakan Pemerintah tentang Crash Program Pendidikan bidan dalam kurun waktu medio Pelita IV sampai dengan medio Pelita VI 

 
Sejarah Pendidikan Kebidanan di Jepang
Jepang merupakan sebuah negara dengan ilmu pengetahuan dan teknologi yang maju serta kesehatan masyarakatnya yang tinggi.
Sekolah bidan resmi pada tahun 1912. Regulasi untuk seleksi dan lisensi tahun 1899. Pendidikan bidan didirikan oleh Obgyn. Sehingga lulusannya hádala perawat obstetri yang membantu dokter Obgyn dalam pertolongan persalinan. Sebelum tahun 1987 pendidikan bidan masih dibawah pengawas observasi. Kurikulum yang dipakai tidak ada ilmu psikologi, ilmu biologi, dan ilmu social sehingga lulusan bidan tidak ramah dan tidak menolong persalinan. Estela melihat kondisi di Inggris, Jepang melakukan peningkatan pelayanan dan pendidikan bidan serta mulai menata dan merubah situasi. Pada tahun 1987 peran bidan kembali dan tahun 1989 berorientasi pada siklus kehidupan wanita mulai dari pubertas sampai klimakterium serta kembali ke persalinan normal.
Saat ini, pendidikan di Jepang dapat dikejar dimanapun melalui pendidikan kebidanan setelah lupus dari sekolah perawat atau perguruan tinggi dua tahun, atau melalui program kebidanan yang ditawarkan oleh perguruan tinggi empat tahun.
Pendidikan juga tersedia pada kursus khusus satu tahun yang diperuntukkan lepada mereka yang sudah menyelesaikan kursus empat tahun di universitas, seperti pada lulusan sekolah-sekolah dan lulusan sekolah profesional. Pendidikan kebidanan Semarang lebih sering ditawarkan oleh perguruan tinggi empat tahun. Kelulusan pada program kebidanan diberikan, meskipun jumlahnya kecil.
Semua program kelulusan kebidanan melewati pengujian kebidanan nasional untuk memperoleh lisensi sebagai bidan.

Sejarah Pelayanan Kebidanan di Jepang
            Bagaimana penanganan kehamilan di negeri Sakura ini sangat menarik untuk diceritakan.
 Sebelum perang, hampir semua bayi-bayi di Jepang dilahirkan di rumah sebagai ganti pada rumah sakit. Menurut sejarah, orang-orang Jepang menganggap kelahiran bayi adalah suatu hal yang kotor dan sebagai peristiwa yang tidak diinginkan. Oleh karena itu, sudah menjadi kebiasaan yang sudah berjalan lama untuk mengasingkan wanita-wanita yang akan melahirkan. Kelahiran bayi seringkali terjadi di tempat kotor, gelap, dan tempt-tempat dingin, seperti suatu dangau atau gudang di pekarangan. Oleh karena itu, demam dan penyakit menular pada bayi yang baru dilahirkan menjadi permasalahan umum pada waktu itu.
Dokumentasi relevan pertama tentang praktek kebidanan adalah tentang pembantu-pembantu kelahiran (asisten-asisten) pada Periode Heian (tahun 794-1185). Pada periode tokugawa (tahun 1603-1868) dokumentasi lebih formal tentang kebidanan diterbitkan ketika banyak yang sekolah-sekolah kebidanan muncul. Meskipun selama beberapa tahun yang lalu kebidanan dipandang sebagai pekerjaan yang tidak hormat, namun sumbangan-sumbangan bidan pada kesehatan publik dan keluarga di dalam masyarakat luar biasa- lebih  lagi jika dibandingkan dengan dokter-dokter. Pada saat ini, kebidanan telah memperoleh penghargaan di bidang kesehatan.
Dokumentasi hukum pertama tentang praktek kebidanan diterbitkan pada tahun 1868. Dokumen resmi ini menjadi dasar untuk peraturan-peraturan hukum utama untuk profesi medis Jepang. Pada tahun 1899, izin kerja kebidanan dikeluarkan untuk memastikan professional kualifikasi. Hasil dari pengenalan hukum ini yaitu bidan secara berangsur-angsur mencapai status sosial.
Pada tahun 1948, Peraturan kesehatan masyarakat, bidan dan perawat dikeluarkan di bawah pengawasan General Head Quarters dari Unites Status (GHQ). Peraturan ini menguraikan tentang pengakuan profesi kebidanan dan ruang lingkup praktek dan persyaratan-persyaratan bidang pendidikan untuk tiga profesi. Peraturan hukum dari Menteri Kesehatan, tenaga kerja ini menggambarkan bahwa bidan adalah seorang wanita,dan fungsinya untuk mempraktekkan kebidanan dan untuk menyediakan pelayanan kesehatan untuk wanita-wanita dan bayi.
Satu proyek reformasi dalam pelayanan kesehatan selama rehabilitasi sesudah perang adalah pelembagaan jasa pelayanan kesehatan ibu. Seperti sebelumnya menyebutkan, hampir semua bayi-bayi dikirimkan oleh bidan-bidan ke rumah pada saat sekarang. GHQ memandang situasi ini sebagai isu medis yang penting dan harus diperbaiki. Sebagai hasilnya, mampu melahirkan dengan cepat bergeser dari rumah ke rumah sakit. Hanya 46% dari anak-anak lahir pada tahun 1950 yang dilahirkan di rumah sakit. Pada tahun 1999, anak-anak yang lahir di rumah sakit bertambah sampai 99,8%.
Lingkungan kerja bidan sudah berubah sebanding dengan keadaan sekarang ini. Pada tahun 1998, ada 24,000 wanita-wanita yang mempraktekkan kebidanan di Jepang dan lebih dari 80% dari mereka bekerja pada rumah sakit atau klinik-klinik dengan para dokter. Hanya sekitar 2,000 wanita, sekitar 9% dari bidan yang aktif, berpraktek sebagai bidan yang mandiri.

Pada sekarang ini, kehamilan seorang wanita mendapat perhatian besar dari pemerintahannya setelah ada konfirmasi adanya kehamilan dari dokter, yang bersangkutan diminta untuk mendaftarkan diri di bagian kesejahteraan sosial Pemerintahan Kota / Kecamatan tempat mereka berdomisili. Dari lembaga pemerintah tersebut mereka diberikan Mother and Chile Health Kit yang berisikan buku kesehatan Ibadan anak serta kartu untuk pemeriksaan cuma-cuma selama kehamilannya. Di camping itu, Sistem Asuransi Kesehatan Nasionalnya yang baik dan langsung ditangani oleh pemerintahan di masing-masing kota secara otonomi juga sangat membantu meringankan beban biaya kesehatan. Bagi keluarga yang kekurangan dana untuk penanganan, akan diberikan bantuan oleh pemerintah setempat pada waktu melahirkan. Perhatian ini pun juga diberikan pada warga asing yang terdaftar dalam kependudukan Jepang dan ikut asuransi nasional.
Seperti kita ketahui bersama, kehamilan seorang wanita hádala suatu proses alami dalam pelestarian keturunannya. Sejak positif diketahui kehamilannya, seorang wanita harus lebih hati-hati dalam menjaga kesehatan embrionya dan juga kesehatan dirinya. Bila tes kehamilan pribadi menunjukkan hasil positif, biasanya dianjurkan segera memeriksakannya ke dokter ahli kandungan di rumah sakit atau klinik terdekat. Di klinik atau rumah sakit ini, selain tes ulang kehamilan, hal penting lainnya yang diperiksa adalah kenormalan kehamilan, yaitu mengenai kondisi kandungan maupun letak sel telur yang telah dibuahi. Pemeriksaan kesehatan ibunya meliputi pemeriksaan berat badan, tekanan darah dan darah secara menyeluruh (golongan darah, Rh, WBC, RBC, MCV, MCH, MCHC, PLT), tes syphilis, hepatitis B, dan tes HIV 1&2. Riwayat kesehatan sang ibu dan keluarganya, juga suami dan keluarganya menjadi hal yang serius dalam penanganan kehamilan seseorang di Jepang. Pemeriksaan rutin dilakukan 4 minggu sekali sampai usia kehamilan minggu ke-23.
Sebagaimana biasanya pada awal usia kehamilan, mual-mual dan muntah dialami oleh hampir semua wanita hamil. Hal ini sebagai akibat perubahan pada organ pencernaan yang meliputi perubahan orientasi rasa, nafsu makan berkurang, sering meludah, pusing, dan mual. Ketidakstabilan emosi juga terjadi pada awal usia kehamilan. Ini semua disebabkan oleh perubahan hormonal yang drastis pada awal kehamilan. Karena perubahan ini merupakan proses alami. Maka sudah sewajarnya bila diperlakukan juga secara wajar tanpa adanya intervenís atau manipulasi dari luar. Oleh karenanya para dokter ahli kandungan di Jepang tidak khawatir membiarkan para ibu hamil dalam kondisi alami. Pasien ibu hamil yang sama sekali tidak bisa makanpun tidak akan diberi tambahan vitamin apalagi obat penangkal mual dan penambah nafsu makan. Dokter akan lebih baik memberikan suntik infus glukosa bagi pasien ibu hamil yang kekurangan tenaga karena tidak dapat makan daripada memberikan obat penangkal mual atau penambah nafsu makan. Para ibu hamil dianjurkan untuk makan makanan yang masih bisa dimakan dan jangan sampai kurang minum.
Pada pemeriksaan bulanan pemeriksaan janin meliputi perkembangan besar janin, letak janin, detak jantung janin. Sedangkan ibunya yang diperiksa adalah perkembangan besar kandungan / rahim, lingkar perut, tekanan darah, test urin (protein, gula), dan berat badan. Semua hsil pemeriksaan ini selain dicatat dalam file rumah sakit / klinik juga disalin dalam file buku anak dan ibu yang dikeluarkan oleh bagian kesejahteraan sosial kantor kota / kecamatan setempat. Dengan memiliki buku ini beberapa pemeriksaan gratis selama hamil maupun setelah melahirkan dapat dilakukan di rumah sakit / klinik. Pemeriksaan dan konsultasi kehamilan secara cuma-cuma juga dapat dilakukan di balai kesehatan kecamatan / kota

Tidak ada komentar:

Posting Komentar