Senin, 14 Mei 2012

about Love



 “Ketika logika tak bisa menjelaskannya, mungkin hati bisa menjelaskannya. Atau aku perlu memadukan keduanya, agar kau semakin mengerti…”
Ini sudah kesekian kalinya…
Ah, sudah kubilang pada diriku sendiri berulang-ulang, bahkan pada segelintir orang, bahwa aku wanita dibalik tirai senja, cukup mengerti saja. Jangan tanya ada apa dan mengapa! Aku kira mereka mengerti maksudku, tapi ternyata tidak cukup untuk dimengerti.
Takkan ada habis-habisnya jika kita membahas soal perasaan, terutama tentangCINTA. Sampai ke ujung dunia pun, bahkan sampai kau mati pun, cinta akan terus ada dan mengikutimu, bahkan kau sendiri adalah jelmaan dari cinta. Dahsyat sekali bukan persoalan cinta ini? :)
Cinta itu anugerah Tuhan yang paling indah. Pasti kita semua setuju dengan pernyataan ini. Tentu saja, karena cinta itu adalah dariNya dan akan kembali padaNya, bukankah itu berarti bahwa cinta itu suci? Bukankah itu berarti kita harus menjaga cinta dengan baik? Bukankah cinta itu sesuatu yang benar, baik, dan indah? Bukankah itu berarti kita tidak berhak menodainya? Jadi, tidak ada yang salah dengan CINTA, karena cinta akan baik-baik saja selamanya. Jangan pernah menyesal telah merasakan cinta (jatuh cinta) apalagi menyalahkan cinta, bukan cinta yang salah, bisa jadi kita sendiri yang tidak bisa mengelola hati (cinta) dengan baik, terkadang kita buta, mana yang cinta dan mana yang nafsu. Keduanya berbeda tipis sekali. Bisa jadi selama ini kita mencampuradukkan keduanya. ya, atas nama cinta yang dibayangin nafsu belaka.
Hah, menulis ini sebenarnya sedikit membuatku sesak. Tapi, biarkan kali ini hatiku yang merangkai kata, logikaku sedikit mengalah untuk persoalan sakral ini. Kali ini, izinkan aku menceritakan sedikit potongan cinta dalam hidupku :).
Dari rasa suka, kagum, sayang, kemudian CINTA.
ewer.jpg
Entahlah sekarang perasaanku berada di posisi mana. Mungkin pertengahan antara sayang dan cinta. Aku coba kembali ke perasaan yang lalu, dimana perasaan itu berawal. Mencoba mengoreksi, apakah terselip nafsu di dalamnya. Biarkan aku menjawabnya di dalam hati.
Memendam perasaan itu menyesakkan hati. Aku yakin kau juga pernah merasakannya. Memendam perasaan itu membuatmu menjadi “sakit”. Memendam perasaan itu membuatmu merasa “kalah”. Sadarkah, kau telah dibunuh oleh bom waktu! Waktu memang suatu saat akan mengobati rasa “sakitmu” itu, tapi dia juga menertawakanmu. kali ini aku katakan padamu, jangan pernah mau dikalahkan oleh waktu sedetik pun, kau harus bisa menatap waktu dengan mata elangmu, karena setiap detik, ada makna yang tersimpan.
Jika memendam perasaan membuatmu merasa “kalah” dan “sakit”, lalu kenapa kau tidak mengatakan isi hatimu yang sebenarnya? Atau bagimu hal itu terlihat konyol dan impulsif? Mmm… Tidak bagiku. Karena semua tergantung bagaimana kita menyampaikan dan menyikapinya, tergantung bagaimana kau merangkai katanya, dan tentu tergantung dari niatmu. Ini hanya masalah sederhana.
Kau tahu, aku menjelaskan semua padanya dengan berbagai cara, berbulan-bulan! Aku tidak menuntut agar dia menjadi milikku, aku tidak meminta dia membalas semua caraku dengan cara yang sama, sama sekali TIDAK! Aku hanya ingin dia tahu dan mengerti bahwa aku “ADA”, bahwa aku selama ini berusaha mengerti dan memahaminya. Itu saja, tidak lebih. Sederhana bukan? Aku rasa itu cukup untuk menurunkan tingkat rasa sesak di hati menjadi lega.
Dan sampai akhirnya, klimaks dari segala rasa. Dia mengerti semua. Mengerti apa yang aku rasakan. Menghargai apa yang aku rasakan. Hanya melalui kata-kata sederhana, melalui imajinasi sederhana. Dan itu puncak rasa terlelahku. Dan benar-benar habis kata-kataku untuknya. Akhirnya dia mengerti, walaupun tidak ada perubahan yang berarti. Tapi, dia tetap menghargaiku sebagai seorang wanita. Wanita dibalik tirai senja, yang baginya cukup dimengerti saja tanpa bertanya ada apa dan mengapa.
Aku tidak mengungkapkan perasaanku secara gamblang padanya, tidak. Ah, ayolah kita sudah mulai dewasa. Kita punya cara tersendiri untuk mengungkapkannya dengan baik dan anggun. Aku tidak merasa bahwa hal yang kulakukan adalah sesuatu yang bodoh dan aku tidak merasa menyesal telah melakukannya. Justru akan lebih bodoh rasanya berdiam diri dengan terus memendam perasaan yang menyesakkan hati tanpa ada jalan keluarnya. Aku yakin wanita tegas, dewasa, dan cerdas takkan berdiam diri jika sudah terjerat persoalan hati. Aku tidak pernah menyesal telah memendam rasa itu dan melakukan hal-hal “gila” untuknya. karena cinta itu bukan logika saja, cinta itu juga bukan perasaan saja, cinta itu perpaduan antara logika dan hati (Perasaan). Jadi, tak heran jika kau terkadang melakukan hal “gila” untuk orang yang kau cintai. Itu wajar! Untuk apa disesali, karena memang itu skenario hidupku dan menjadi bab dalam cerita hidupku. Aku bahagia bisa merasakan dan mengalaminya. Bukan cinta namannya jika kau belum melakukan hal “gila” untuknya :)
Akhirnya, aku kembalikan rasa itu padaNya, aku terlalu lelah menggemgamnya sendirian dengan erat, toh rasa ini milikMu dan kembali padaMu. Aku tidak terobsesi bahwa dia kelak menjadi jodohku dengan segala “perjuangan gila” yang telah kulakukan, tidak. Itu hanya upaya kecilku yang belum seberapa untuk menunjukkan padaNya bahwa aku sedang berusaha. Jodoh itu di Tangan Tuhan, namun Tuhan tidak akan mengirimkannya jika kita sendiri hanya berdiam diri.
Wanita mengungkapkan perasaan pada lelaki? Tabu? Tidak! sudah kubilang berulang-ulang jelaskan perasaanmu itu lewat caramu sendiri dengan baik dan anggun! Katakan dengan tegas.
Ya, cinta memang tak harus memiliki. Walaupun cinta memang tak harus memiliki, tapi kau punya hak untuk mengungkapkan perasaanmu. Ungkapkan seperti kau sayang pada orang tua, adik, kakak, temanmu. Ini hanya persoalan sederhana. Kau pasti punya banyak cara untuk mencintai seseorang bukan? Ungkapkanlah, karena cinta itu kebaikan, kebahagiaan, dan keindahan. Sekali lagi, cinta itu suci, kau harus tetap menjaga makna kesucian itu.
Satu hal, jangan mencintai untuk dicintai. Karena itu akan meninggalkan jejak yang tak tertilas. Cintailah Tuhanmu, cintailah dirimu, cintailah semua orang dengan hatimu. Maka cinta akan datang padamu dengan bijaksana dan sederhana. Cintailah untuk mencintai. Agar tidak ada rasa sesak yang tertinggal.
“Aku tidak mengekangmu dalam hatiku, karena itu bukan cinta. Aku hanya membebaskan rasa untuk keluar dari hati dan pikiran, agar ia bisa merasakan cinta yang sebenarnya. Aku bahagia melihatmu bahagia. Dan itu tidak menyiksaku.”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar