BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Untuk dapat memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan, mencegah, dan
mengobati penyakit serta memulihkan kesehatan masyarakat perlulah disediakan
dan diselenggarakan pelayanan kesehatan masyarakat (public health services)
yang sebaik-baiknya.
Untuk dapat menyediakan dan menyelenggarakan pelayanan kesehatan tersebut, banyak yang
harus diperhatikan. Yang paling penting
adalah pelayanan masyarakat yang dimaksud harus sesuai dengan kebutuhan
masyarakat. Demikianlah, dilakukan berbagai upaya untuk menemukan serta
merumuskan masalah kesehatan dimasyarakat. Upaya tersebut dikaitkan dengan
penyebaran serta faktor-faktor yang mempengaruhi frekuansi dan penyebaran
disuatu masalah kesehatan dimasyarakat tercakup dalam suatu cabang ilmu khusus
yang disebut dengan nama Epidemiologi.
Subjek dan objek epidemiologi adalah
tentang masalah kesehatan. Ditinjau dari sudut epidemiologi, pemahaman tentang
masalah kesehatan berupa penyakit amatlah penting. Karena sebenarnya berbagai
masalah kesehatan yang bukan penyakit hanya akan mempunyai arti apabila ada
hubungannya dengan soal penyakit.
B. Rumusan
Masalah
Adapun rumusan
masalahnya adalah untuk mengetahui :
1. Untuk
dapat mengetahui pengertian, definisi, peranan, dan ruang lingkup epidemiologi.
2. Untuk
dapat mengetahui permasalahan epidemiologi dalam bidang kesehatan.
3. Untuk
dapat mengetahui penyakit menular, penyebaran dan pencegahannya.
C.
Tujuan
Adapun tujuan yang ingin dicapai yaitu untuk mengetahui peranan epidemiologi
dalam kesehatan dan penyakit menular beserta cara penularannya.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian, definisi, peranan dan
ruang lingkup epidemiologi
1.
Pengertian
Epidemilogi
berasal dari bahasa Yunani, yaitu (Epi=pada, Demos=penduduk, logos = ilmu),
dengan demikian epidemiologi adalah ilmu yang mempelajari hal-hal yang
berkaitan dengan masyarakat. Jadi Epidemiologi
adalah ilmu yang mempelajari tentang penduduk. Sedangkan dalam pengertian
modern pada saat ini adalah ilmu yang mempelajari tentang frekuensi dan
distribusi (penyebaran) serta determinant masalah kesehatan pada sekelompok
orang atau masyarakat serta determinasinya (faktor-faktor yang
mempengaruhinya).
2.
Definisi
Banyak definisi tentang Epidemiologi,
beberapa diantaranya :
a. W.H. Welch
Suatu
ilmu yang mempelajari timbulnya, perjalanan, dan pencegahan penyakit, terutama
penyakit infeksi menular. Dalam perkembangannya, masalah yang dihadapi penduduk
tidak hanya penyakit menular saja, melainkan juga penyakit tidak menular,
penyakit degenaratif, kanker, penyakit jiwa, kecelakaan lalu lintas, dan
sebagainya. Oleh karena batasan epidemiologi menjadi lebih berkembang.
b. Mausner dan Kramer
Studi
tentang distribusi dan determinan dari penyakit dan kecelakaan pada populasi
manusia.
c. Last
Studi
tentang distribusi dan determinan tentang keadaan atau kejadian yang berkaitan
dengan kesehatan pada populasi tertentu dan aplikasi studi untuk menanggulangi
masalah kesehatan.
d. Mac Mahon dan Pugh
Epidemiologi
adalah sebagai cabang ilmu yang mempelajari penyebaran penyakit dan
faktor-faktor yang menentukan terjadinya penyakit pada manusia.
e. Omran
Epidemiologi
adalah suatu studi mengenai terjadinya distribusi keadaan kesehatan, penyakit
dan perubahan pada penduduk, begitu juga determinannya dan akibat-akibat yang
terjadi pada kelompok penduduk.
f. W.H. Frost
Epidemiologi
adalah suatu ilmu yang mempelajari timbulnya, distribusi, dan jenis penyakit
pada manusia menurut waktu dan tempat.
g. Azrul Azwar
Epidemiologi
adalah ilmu yang mempelajari tentang frekuensi dan penyebaran masalah kesehatan
pada sekelompok manusia serta faktor-faktor yang mempengaruhi masalah
kesehatan.
Dengan
demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa ada 3 komponen penting yang ada dalam
epidemiologi, sebagai berikut :
1) Frekuensi masalah kesehatan
2) Penyebaran masalah kesehatan
3) Faktor-faktor yang mempengaruhi
terjadinya masalah kesehatan.
3.
Peranan
Dari
kemampuan epidemiologi untuk mengetahui distribusi dan faktor-faktor penyebab
masalah kesehatan dan mengarahkan intervensi yang diperlukan maka epidemiologi
diharapkan mempunyai peranan dalam bidang kesehatan masyarakat berupa :
a. Mengidentifikasi faktor-faktor yang
berperan dalam terjadinya penyakit atau masalah kesehatan dalam masyarakat.
b. Menyediakan data yang diperlukan untuk
perencanaan kesehatan dan mengambil keputusan.
c. Membantu melakukan evaluasi terhadap
program kesehatan yang sedang atau telah dilakukan.
d. Mengembangkan metodologi untuk
menganalisis keadaan suatu penyakit dalam upaya untuk mengatasi atau
menanggulanginya.
e. Mengarahkan intervensi yang diperlukan
untuk menanggulangi masalah yang perlu dipecahkan.
4.
Ruang lingkup
a. Masalah kesehatan sebagai subjek dan
objek epidemiologi
Epidemiologi
tidak hanya sekedar mempelajari masalah-masalah penyakit-penyakit saja, tetapi
juga mencakup masalah kesehatan yang sangat luas ditemukan di masyarakat.
Diantaranya masalah keluarga berencana, masalah kesehatan lingkungan, pengadaan
tenaga kesehatan, pengadaan sarana kesehatan dan sebagainya. Dengan demikian,
subjek dan objek epidemiologi berkaitan dengan masalah kesehatan secara
keseluruhan.
b. Masalah kesehatan pada sekelompok
manusia
Pekerjaan
epidemiologi dalam mempelajari masalah kesehatan, akan memanfaatkan data dari
hasil pengkajian terhadap sekelompok manusia, apakah itu menyangkut masalah
penyakit, keluarga berencana atau kesehatan lingkungan. Setelah dianalisis dan
diketahui penyebabnya dilakukan upaya-upaya penanggulangan sebagai tindak
lanjutnya.
c. Pemanfaatan data tentang frekuensi dan
penyebaran masalah kesehatan dalam merumuskan penyebab timbulnya suatu masalah
kesehatan.
Pekerjaan epidemiologi akan dapat
mengetahui banyak hal tentang masalah kesehatan dan penyebab dari masalah
tersebut dengan cara menganalisis data tentang frekuensi dan penyebaran masalah
kesehatan yang terjadi pada sekelompok manusia atau masyarakat. Dengan
memanfaatkan perbedaan yang kemudian dilakukan uji statistik, maka dapat
dirumuskan penyebab timbulnya masalah kesehatan.
B. Natural history of deseases
Riwayat alamiah suatu penyakit dapat
digolongkan dalam 5 tahap :
1. Pre Patogenesis
Tahap
ini telah terjadi interaksi antara penjamu dengan bibit penyakit, tetapi
interaksi ini terjadi di luar tubuh manusia, dalam arti bibit penyakit berada
di luar tubuh manusia dan belum masuk ke dalam tubuh. Pada keadaan ini belum
ditemukan adanya tanda-tanda penyakit dan daya tahan tubuh penjamu masih kuat
dan dapat menolak penyakit. Keadaan ini disebut sehat.
2. Tahap inkubasi (sudah masuk
Patogenesis)
Pada
tahap ini biit penyakit masuk ke tubuh penjamu, tetapi gejala-gejala penyakit
belum nampak. Tiap-tiap penyakit mempunyai masa inkubasi yang berbeda. Kolera
1-2 hari, yang bersifat menahun misalnya kanker paru, AIDS dll.
3. Tahap penyakit dini
Tahap
ini mulai dihitung dari munculnya gejala-gejala penyakit, pada tahap ini
penjamu sudah jatuh sakit tetapi masih ringan dan masih bisa melakukan
aktifitas sehari-hari. Bila penyakit segera diobati, mungkin bisa sembuh,
tetapi jika tidak, bisa bertambah parah. Hal ini terganting daya tahan tubuh
manusia itu sendiri, seperti gizi, istirahat dan perawatan yang baik di rumah (self
care).
4. Tahap penyakit lanjut
Bila
penyakit penjamu bertambah parah, karena tidak diobati/tidak tertur/tidak
memperhatikan anjuran-anjuran yang diberikan pada penyakit dini, maka penyakit
masuk pada tahap lanjut. Penjamu terlihat tak berdaya dan tak sanggup lagi
melakukan aktifitas. Tahap ini penjamu memerlukan perawatan dan pengobatan yang
intensif.
5. Tahap penyakit akhir
Tahap akhir dibagi menjadi 5 keadaan :
a. Sembuh sempurna (bentuk dan fungsi
tubuh penjamu kembali berfungsi seperti keadaan sebelumnya/bebeas dari penyakit)
b. Sembuh tapi cacat ; penyakit penjamu
berakhir/bebas dari penyakit, tapi kesembuhannya tak sempurna, karena terjadi
cacat (fisik, mental maupun sosial) dan sangat tergantung dari serangan
penyakit terhadap organ-organ tubuh penjamu.
c. Karier : pada karier perjalanan
penyakit seolah terhenti, karena gejala penyakit tak tampak lagi, tetapi dalam
tubuh penjamu masih terdapat bibit penyakit, yang pada suatu saat bila daya
tahan tubuh penjamu menurun akan dapat kembuh kembali. Keadaan ini tak hanya membahayakan
penjamu sendiri, tapi dapat berbahaya terhadap orang lain/masyarakat, karena
dapat menjadi sumber penularan penyakit (human reservoir)
d. Kronis ; pada tahap ini perjalanan
penyakit tampak terhenti, tapi gejala-gejala penyakit tidak berubah. Dengan
kata lain tidak bertambah berat maupun ringan. Keadaan ini penjamu masih tetap
berada dalam keadaan sakit.
e. Meninggal ; Apabila keadaan penyakit
bertambah parah dan tak dapat diobati lagi, sehingga berhentinya perjalanan
penyakit karena penjamu meninggal dunia. Keadaan ini bukanlah keadaan yang
diinginkan.
C. Upaya pencegahan dan ukuran frekuensi
penyakit.
Dalam kesehatan masyarakat ada 5 (lima) tingkat pencegahan
penyakit menurut Leavell and Clark. Pada point 1 dan 2 dilakukan pada masa
sebelum sakit dan point 3,4,5 dilakukan pada masa sakit.
1.
Peningkatan kesehatan (health promotion)
a. Penyediaan makanan sehat dan cukup
(kualitas maupun kuantitas)
b. Perbaikan hygiene dan sanitasi
lingkungan, misalnya penyediaan air bersih, pembuangan sampah, pembuangan tinja
dan limbah.
c. Pendidikan kesehatan kepada
masyarakat. Misal untuk kalangan menengah ke atas di negara berkembang terhadap
resiko jantung koroner.
d. Olahraga secara teratur sesuai
kemampuan individu.
e. Kesempatan memperoleh hiburan demi perkembangan
mental dan sosial.
f. Nasihat perkawinan dan pendidikan seks
yang bertanggung jawab.
2. Perlindungan umum dan
khusus terhadap penyakit-penyakit tertentu (general and specific protection)
a. Memberikan immunisasi pada golongan
yang rentan untuk mencegah penyakit
b. Isolasi terhadap penderita penyakit
menular, misal yang terkena flu burung.
c. Pencegahan terjadinya kecelakaan baik
di tempat umum maupun tempat kerja.
d. Perlindungan terhadap bahan-bahan yang
bersifat karsinogenik, bahan-bahan racun maupun alergi.
e. Pengendalian sumber-sumber pencemaran.
3.
Penegakkan diagnosa secara dini dan pengobatan yang cepat dan tepat (early
diagnosis and prompt treatment)
a. Mencari kasus sedini mungkin.
b. Mencari penderita dalam masyarakat
dengan jalan pemeriksaan . Misalnya pemeriksaan darah, rontgent paru.
c. Mencari semua orang yang telah
berhubungan dengan penderita penyakit menular (contact person) untuk diawasi
agar bila penyakitnya timbul dapat segera diberikan pengobatan.
d. Meningkatkan keteraturan pengobatan
terhadap penderita.
e. Pemberian pengobatan yang tepat pada
setiap permulaan kasus.
4.
Pembatasan kecacatan (dissability limitation)
a. Pengobatan dan perawatan yang sempurna
agar penderita sembuh dan tak terjadi komplikasi.
b. Pencegahan terhadap komplikasi dan
kecacatan.
c. Perbaikan fasilitas kesehatan sebagai
penunjang untuk dimungkinkan pengobatan dan perawatan yang lebih intensif.
5.
Pemulihan kesehatan (rehabilitation)
a. Mengembangkan lembaga-lembaga
rehabilitasi dengan mengikutsertakan masyarakat.
b. Menyadarkan masyarakat untuk menerima
mereka kembali dengan memberikan dukungan moral setidaknya bagi yang
bersangkutan untuk bertahan.
c. Mengusahakan perkampungan rehabilitasi
sosial sehingga setiap penderita yang telah cacat mampu mempertahankan diri.
d. Penyuluhan dan usaha-usaha kelanjutan
yang harus tetap dilakukan seseorang setelah ia sembuh dari suatu penyakit.
Beaglehole (WHO, 1993) membagi upaya
pencegahan menjadi 3 bagian : primordial prevention (pencegahan
awal) yaitu pada pre patogenesis, primary prevention
(pencegahan pertama) yaitu health promotion dan general and specific
protection , secondary prevention (pencegahan tingkat
kedua) yaitu early diagnosis and prompt treatment dan tertiary
prevention (pencegahan tingkat ketiga) yaitu dissability limitation.
Ukuran frekuensi penyakit menunjukkan
kepada besarnya masalah kesehatan yang terdapat pada kelompok
manusia/masyarakat. Artinya bila dikaitkan dengan masalah penyakit menunjukkan
banyaknya kelompok masyarakat yang terserang penyakit. Untuk mengetahui
frekuensi masalah kesehatan yang terjadi pada sekelompok orang/masyarakat
dilakukan langkah-langkah :
1) Menemukan masalah kesehatan, melalui
cara : penderita yang datang ke puskesmas, laporan dari masyarakat yang datang
ke puskesmas.
2) Research/survei kesehatan.
Misal : Survei Kesehatan Rumah Tangga
3) Studi kasus. Misal : kasus penyakit
pasca bencana tsunami.
D. Penelitian epidemiologi
Secara sederhana, studi
epidemiologi dapat dibagi menjadi dua kelompok sebagai berikut :
1. Epidemiologi deskriptif, yaitu Cross
Sectional Study/studi potong lintang/studi prevalensi atau survei.
2. Epidemiologi analitik : terdiri
dari :
a. Non eksperimental :
1) Studi kohort / follow up / incidence /
longitudinal / prospektif studi. Kohort diartiakan sebagai sekelompok orang.
Tujuan studi mencari akibat (penyakitnya).
2) Studi kasus kontrol/case control
study/studi retrospektif. Tujuannya mencari faktor penyebab penyakit.
3) Studi ekologik. Studi ini memakai
sumber ekologi sebagai bahan untuk penyelidikan secara empiris faktor resiko
atau karakteristik yang berada dalam keadaan konstan di masyarakat. Misalnya,
polusi udara akibat sisa pembakaran BBM yang terjadi di kota-kota besar.
b. Eksperimental. Dimana
penelitian dapat melakukan manipulasi/mengontrol faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi hasil penelitian dan dinyatakan sebagai tes yang paling baik untuk
menentukan cause and effect relationship serta tes yang berhubungan dengan
etiologi, kontrol, terhadap penyakit maupun untuk menjawab pertanyaan masalah
ilmiah lainnya. Studi eksperimen dibagi menjadi 2 (dua) yaitu :
1) Clinical Trial. Contoh :
a) Pemberian obat hipertensi pada orang
dengan tekanan darah tinggi untuk mencegah terjadinya stroke.
b) Pemberian Tetanus Toxoid pada ibu
hamil untuk menurunkan frekuensi Tetanus Neonatorum.
2) Community Trial. Contoh : Studi
Pemberian zat flourida pada air minum.
E. Konsep Dasar Terjadinya Penyakit
Suatu penyakit
timbul akibat dari beroperasinya berbagai faktor baik dari agen, induk semang
atau lingkungan. Bentuk ini tergambar didalam istilah yang dikenal luas dewasa
ini. Yaitu penyebab majemuk (multiple causation of disease) sebagai lawan dari
penyebab tunggal (single causation).
Didalam
usaha para ahli untuk mengumpulkan pengetahuan mengenai timbulnya penyakit,
mereka telah membuat model-model timbulnya penyakit dan atas dasar model-model
tersebut dilakukan eksperimen terkendali untuk menguji sampai dimana kebenaran
dari model-model tersebut.
Tiga
model yang dikenal dewasa ini ialah 1) segitiga epidemiologi (the epidemiologic
triangle) 2) jaring-jaring sebab akibat (the web of causation) dan 3) roda (the
wheel).
F.
Penyakit Menular
Yang
dimaksud penyakit menular adalah
penyakit yang dapat ditularkan (berpindah dari orang yang satu ke orang yang
lain, baik secara langsung maupun melalui perantara). Penyakit menular ini
ditandai dengan adanya (hadirnya) agen atau penyebab penyakit yang hidup dan
dapat berpindah.
Tiga Kelompok utama
penyakit menular :
1. Penyakit yang sangat berbahaya karena angka kematian sangat
tinggi
2. penyakit menular tertentu yang dapat menimbulkan kematian dan
cacat, walaupun akibatnya lebih ringan dari yang pertama
3. Penyakit menular yang jarang
menimbulkan kematian dan cacat tetapi dapat mewabah yang menimbulkan
kerugian materi.
Tiga Sifat Utama Aspek
Penularan Penyakit Dari Orang Ke Orang :
1. Waktu Generasi (Generation Time)
Masa antara masuknya penyakit pada
pejamu tertentu sampai masa kemampuan maksimal pejamu tersebut untuk dapat
menularkan penyakit. Hal ini sangat penting dalam mempelajari proses penularan.
Perbedaan masa tunas ditentukan oleh masuknya unsur penyebab sampai timbulnya
gejala penyakit sehingga tidak dapat ditentukan pada penyakit dengan gejala
yang terselubung, sedangkan waktu generasi untuk waktu masuknya unsur penyebab
penyakit hingga timbulnya kemampuan penyakit tersebut untuk menularkan kepada
pejamu lain walau tanpa gejala klinik / terselubung.
2. Kekebalan Kelompok (Herd Immunity)
Kekebalan kelompok
adalah kemampuan atau daya tahan suatu kelompok penduduk tertentu terhadap
serangan/penyebaran unsur penyebab penyakit menular tertentu didasarkan tingkat
kekebalan sejumlah tertentu anggota kelompok tersebut.
Herd immunity merupakan factor utama dalam poses kejadian wabah di
masyarakat serta kelangsungan penyakit pada suatu kelompok penyakit tertentu.
Wabah terjadi karena 2 keadaan
a.
Keadaan kekebalan populasi
yakni suatu wabah besar dapat terjadi jika agent penyakit infeksi masuk ke
dalam suatu populasi yang tidak pernah terpapar oleh agen tersebut / kemasukan
suatu agen penyakit menular yang sudah lama absent dalam populasi tersebut.
b.
Bila populasi tertutup seperti
asrama, barak dimana keadaan sangat tertutup dan mudah terjadi kontak langsung
masuknya sejumlah orang-orang yang peka terhadap penyakit tertentu dalam
populasi tersebut.
3. Angka Serangan (Attack Rate)
Adalah sejumlah
kasus yang berkembang atau muncul dalam satu satuan waktu tertentu dikalangan
anggota kelompok yang mengalami kontak serta memiliki resiko / kerentanan
terhadap penyakit tersebut. Angka serangan ini bertunjuan untuk menganalisis
tingkat penularan dan tingkat keterancaman dalam keluarga, dimana tata cara dan
konsep keluarga, system hubungan keluarga dengan masyarakat serta hubungan
individu dalam kehidupan sehari-hari pada kelompok populasi tertentu merupakan
unit Epidemiologi tempat penularan penyakit berlangsung.
Suatu penyakit dapat menular dari orang
yang satu kepada yang lain ditentukan oleh 3 faktor tersebut diatas, yakni :
a. Agen (penyebab penyakit)
b. Host (induk semang)
c. Route of transmission (jalannya
penularan)
Apabila diumpamakan berkembangnya suatu
tanaman, dapat diumpamakan sebagai biji (agen), tanah (host) dan iklim (route
of transmission).
1.
Agen-Agen Infeksi (Penyebab Infeksi)
Makhluk hidup sebagai pemegang peranan
penting didalam epidemiologi yang merupakan penyebab penyakit dapat
dikelompokkan menjadi :
ü Golongan virus, misalnya influenza,
trachoma, cacar dan sebagainya.
ü Golongan riketsia, misalnya typhus.
ü Golongan bakteri, misalnya disentri.
ü Golongan protozoa, misalnya malaria,
filaria, schistosoma dan sebagainya.
ü Golongan jamur, yakni bermacam-macam
panu, kurap dan sebagainya.
ü Golongan cacing, yakni bermacam-macam
cacing perut seperti ascaris (cacing gelang), cacing kremi, cacing pita,
cacing tambang dan sebagainya.
Agar
agen atau penyebab penyakit menular ini tetap hidup (survive) maka perlu
persyaratan-persyaratan sebagai berikut :
o
Berkembang
biak
o
Bergerak
atau berpindah dari induk semang
o
Mencapai
induk semang baru
o
Menginfeksi
induk semang baru tersebut.
Kemampuan
agen penyakit ini untuk tetap hidup pada
lingkungan manusia adalah suatu faktor penting didalam epidemiologi infeksi.
Setiap bibit penyakit (penyebab penyakit) mempunyai habitat sendiri-sendiri
sehingga ia dapat tetap hidup.
Dari
sini timbul istilah reservoar yang diartikan sebagai berikut 1) habitat dimana
bibit penyakit tersebut hidup dan berkembang 2) survival dimana bibit penyakit
tersebut sangat tergantung pada habitat sehingga ia dapat tetap hidup.
Reservoar tersebut dapat berupa manusia, binatang atau benda-benda mati.
v Reservoar didalam Manusia
Penyakit-penyakit
yang mempunyai reservoar didalam tubuh manusia antara lain campak (measles),
cacar air (small pox), typhus (typhoid), miningitis, gonoirhoea dan syphilis.
Manusia sebagai reservoar dapat menjadi kasus yang aktif dan carrier.
v Carrier
Carrier
adalah orang yang mempunyai bibit penyakit didalam tubuhnya tanpa menunjukkan
adanya gejala penyakit tetapi orang tersebut dapat menularkan penyakitnya
kepada orang lain. Convalescant carriers adalah orang yang masih mengandung
bibit penyakit setelah sembuh dari suatu penyakit.
Carriers adalah sangat penting dalam
epidemiologi penyakit-penyakit polio, typhoid, meningococal meningitis dan
amoebiasis. Hal ini disebabkan karena :
a. Jumlah (banyaknya carriers jauh lebih
banyak daripada orang yang sakitnya sendiri).
b. Carriers maupun orang yang ditulari
sama sekali tidak tahu bahwa mereka menderita / kena penyakit.
c. Carriers tidak menurunkan kesehatannya
karena masih dapat melakukan pekerjaan sehari-hari.
d. Carriers mungkin sebagai sumber
infeksi untuk jangka waktu yang relatif lama.
v Reservoar pada Binatang
Penyakit-penyakit
yang mempunyai reservoar pada binatang pada umumnya adalah penyakit zoonosis.
Zoonosis adalah penyakit pada binatang vertebrata yang dapat menular pada
manusia. Penularan penyakit-penyakit pada binatang ini melalui berbagai cara,
yakni :
a. Orang makan daging binatang yang
menderita penyakit, misalnya cacing pita.
b. Melalui gigitan binatang sebagai
vektornya, misalnya pes melalui pinjal tikus, malaria, filariasis, demam berdarah melalui gigitan
nyamuk.
c. Binatang penderita penyakit langsung
menggigit orang misalnya rabies.
v Benda-Benda Mati sebagai Reservoar
Penyakit-penyakit
yang mempunyai reservoar pada benda-benda mati pada dasarnya adalah saprofit
hidup dalam tanah. Pada umumnya bibit penyakit ini berkembang biak pada
lingkungan yang cocok untuknya. Oleh karena itu bila terjadi perubahan
temperatur atau kelembaban dari kondisi dimana ia dapat hidup maka ia
berkembang biak dan siap infektif. Contoh clostridium tetani penyebab tetanus,
C. botulinum penyebab keracunan makanan dan sebagainya.
2.
Sumber Infeksi dan Penyebaran Penyakit
Yang
dimaksud sumber infeksi adalah semua
benda termasuk orang atau binatang yang dapat melewatkan / menyebabkan penyakit
pada orang. Sumber penyakit ini mencakup juga reservoar seperti telah
dijelaskan sebelumnya.
Macam-Macam Penularan
(Mode of Transmission)
Mode
penularan adalah suatu mekanisme dimana agen / penyebab penyakit tersebut
ditularkan dari orang ke orang lain atau dari reservoar kepada induk semang
baru. Penularan ini melalui berbagai cara antara lain :
2.1. Kontak (Contact)
Kontak disini dapat terjadi kontak
langsung maupun kontak tidak langsung melalui benda-benda yang terkontaminasi.
Penyakit-penyakit yang ditularkan melalui kontak langsung ini pada umumnya
terjadi pada masyarakat yang hidup berjubel. Oleh karena itu lebih cenderung
terjadi di kota daripada di desa yang penduduknya masih jarang.
·
Penularan Langsung
Atau dikenal sebagai penularan dari
orang ke orang adalah perpindahan patogen atau agens secara langsung dan segera
dari pejamu/reservoir ke pejamu yang rentan. Contohnya seperti sentuhan kulit
degan kulit, berciuman, atau hubungan seksual.
·
Penularan tidak langsung
Terjadi ketika patogen atau agens
berpindah atau terbawa melalui beberapa item, organisme, benda atau proses
perantara menuju pejamu yang rentan sehingga menimbulkan penyakit. Penularan
tidak langsung melalui beberapa penularan berikut :
a. Penularan
airborne (melalui droplet atau partikel debu)
Terjadi ketika seseorang bersin, batuk atau berbicara,
memercikkan patogen mikroskopik yang terbawa dalam droplet ke udara dan dihirup
oeh seseorang yanmg rentan yang berada di dekatnya.
b. Penularan penyakit Vektorborne
Memeliki proses mekanisme yang sederhana seperti ketika
patogen menggunakan pejamu (lalat, nyamuk, kutu, tikus) sebagai mekanisme untuk
menumpang, untuk memperoleh makanan, atau sebagai proses perpindahan fisik
untuk menyebar.
2.2 Inhalasi (Inhalation)
Yaitu
penularan melalui udara / pernapasan. Oleh karena itu ventilasi rumah yang
kurang, berjejalan (over crowding) dan tempat-tempat umum adalah faktor yang
sangat penting didalam epidemiologi penyakit ini. Penyakit yang ditularkan
melalui udara ini sering disebut air borne infection (penyakit yang ditularkan
melalui udara).
2.3 Infeksi
Penularan melalui tangan, makanan dan
minuman.
2.4
Penetrasi
pada Kulit
Hal
ini dapat langsung oleh organisme itu sendiri. Penetrasi pada kulit misalnya
cacing tambang, melalui gigitan vektor misalnya malaria atau melalui luka, misalnya
tetanus.
2.5
Infeksi
Melalui Plasenta
Yakni
infeksi yang diperoleh melalui plasenta dari ibu penderita penyakit pada waktu
mengandung, misalnya syphilis dan toxoplasmosis.
3.
Faktor Induk Semang (Host)
Terjadinya
suatu penyakit (infeksi) pada seseorang ditentukan pula oleh faktor-faktor yang
ada pada induk semang itu sendiri. Dengan perkataan lain penyakit-penyakit
dapat terjadi pada seseorang tergantung / ditentukan oleh kekebalan /
resistensi orang yang bersangkutan.
Adalah faktor yang
terdapat pada diri manusia yang dapat mempengaruhi timbulnya serta perjalanan
suatu penyakit. Faktor tersebut banyak macamnya, antara lain :
a.Faktor keturunan
Dalam dunia kedokteran dikenal berbagai penyakit yang dapat
diturunkan seperti penyakit alergis, kelainan jiwa dan beberapa penyakit
kelainan darah.
b. Mekanisme pertahanan tubuh
Jika pertahanan tubuh baik maka dalam batas – batas tertentu
beberapa jenis menyakit akan dapat diatasi.
c. Umur
Pada saat ini banyak dikenal penyakit tertentu yang hanya menyerang
golongan umur tertentu misalnya penyakit campak, polio dan difteri yang banyak
ditemukan pada anak – anak.
d. Jenis kelamin
Beberapa penyakit tertentu ditemukan hanya pada jenis kelamin
tertentu saja misalnya tumor leher rahim ditemukan pada wanita.
e. Ras
Beberapa ras tertentu diduga lebih sering menderita beberapa
penyakit tertentu misalnya penyakit hemofili yanglebih banyak ditemukan pada
orang barat.
f. Status perkawinan
g. Pekerjaan
Para manajer yang memimpin suatu perusahaan lebih sering menderita penyakit
ketegangan jiwa daripada bawahan.
h. kebiasaan hidup
Seseorang yang biasa hidup kurang bersih tentunya lebih mudah
terkena penyakit infeksi.
G.
Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Menular
Untuk pencegahan dan penanggulangan ini
ada 3 pendekatan atau cara yang dapat dilakukan
1. Eliminasi Reservoir (Sumber Penyakit)
Eliminasi reservoir manusia sebagai
sumber penyebaran penyakit dapat dilakukan dengan :
a. Mengisolasi
penderita (pasien), yaitu menempatkan pasien di tempat yang khusus
untuk mengurangi kontak dengan orang lain.
b. Karantina adalah
membatasi ruang gerak penderita dan menempatkannya bersama-sama
penderita lain yang sejenis pada tempat yang khusus didesain untuk
itu. Biasanya dalam waktu yang lama, misalnya karantina untuk penderita kusta.
2. Memutus Mata Rantai Penularan
Meningkatkan sanitasi lingkungan dan
higiene perorangan adalah merupakan usaha yang penting untuk memutus hubungan
atau mata rantai penularan penyakit menular.
3. Melindungi Orang-Orang (Kelompok) yang Rentan
Bayi
dan anak balita adalah merupakan kelompok usia yang rentan terhadap penyakit
menular. Kelompok usia yang rentan ini perlu lindungan khusus (specific
protection) dengan imunisasi baik imunisasi aktif maupun pasif. Obat-obat
profilaksis tertentu juga dapat mencegah penyakit malaria, meningitis dan
disentri baksilus.
Pada
anak usia muda, gizi yang kurang akan menyebabkan kerentanan pada anak
tersebut. Oleh sebab itu, meningkatkan gizi anak adalah juga merupakan usaha
pencegahan penyakit infeksi pada anak.
BAB III
PENUTUP
A. kesimpulan
Epidemiologi diartikan sebagai ilmu
yang mempelajari tentang frekuensi dan penyebaran masalah kesehatan pada
sekelompok manusia serta faktor-faktor yang mempengaruhinya.
Secara keseluruhan fungsi pokok epidemiologi
adalah untuk memastikan bahwa di dalam suatu pupulasi terdapat kelompok yang
memiliki angka penyakit, ketidakmampuan, cedera, atau bahkan angka kematian.
Epidemiologi memiliki peran yang pasti dalam kegiatan pengendalian dan
pencegahan bukan saja penyakit menular tetapi juga penyakit kronis sekaligus
penyakit dan kondisi yang berkaitan dengan gaya hidup dan peruilaku.
B. Saran
Diharapkan kepada pembaca terutama mahasisiwi kebidanan
untuk mengerti dan memahami tentang epidemiologi sehingga dapat melakukan
pencegahan dan penatalaksanaan pada proses penyebaran penyakit.
DAFTAR PUSTAKA
Azwar, asrul.dr.m.ph.1988. Pengantar Epidemiologi.
Jakarta: PT. Binarupa Aksara
Sutrisna, Bambang.dr.M.H.Sc.1986.Pengantar Metoda
Epidemiologi. Jakarta: PT. Dian Rakyat.
Modul Materi Dasar Epidemiologi FKM UNDIP 2010.
Budioro.B.2007.Pengantar Epidemiologi Edisi II. .Semarang
: Badan Penerbit Undip.
www.google.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar