KATA PENGANTAR
Puji
syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan YME, dimana telah memberikan kesehatan
sehingga saya dapat menyelesaikan makalah saya yang berjudul “Gizi Buruk Pada
Balita”,dan tak lupa pula saya mengucapkan terima kasih kepada
dosen pembimbing saya yang telah memberikan tugas ini kepada saya demi
meningkatkan ilmu pengetahuan saya serta semua pihak yang telah ikut berpartisipasi
dalam menyeselsaikan tugas makalah saya ini.
Tentunya
dalam pembuatan makalah ini masih banyak kekurangan disana sini ,maka dari itu saya
dari penyusun menerima saran serta kritik yang bertujuan untuk membangun
makalah ini. Semoga makalah saya ini dapat berfungsi sebagai
pendukung sistem pembelajaran bagi mahasiswa/I khusunya DIII Kebidanan,
demikianlah kata pengantar saya ini
lebih dan kurang saya ucapakan terima kasih.
Medan, September 2012
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Masalah gizi
merupakan masalah yang ada di tiap-tiap negara, baik negara miskin, negara
berkembang dan negara maju. Negara miskin cenderung dengan masalah gizi kurang,
hubungan dengan penyakit infeksi dan negara maju cenderung dengan masalah gizi
lebih (Soekirman, 2000).
Saat ini di dalam era globalisasi
dimana terjadi perubahan gaya hidup dan pola makan, Indonesia menghadapi
permasalahan gizi ganda. Di satu pihak masalah gizi kurang yang pada umumnya
disebabkan oleh kemiskinan, kurangnya persediaan pangan, kurang baiknya
kualitas lingkungan, kurangnya pengetahuan masyarakat tentang gizi. Selain itu
masalah gizi lebih yang disebabkan oleh kemajuan ekonomi pada lapisan
masyarakat tertentu disertai dengan kurangnya pengetahuan tentang gizi
(Azrul,2004).
Penanganan
gizi buruk sangat terkait dengan strategi sebuah bangsa dalam menciptakan
sumber daya manusia yang sehat, cerdas, dan produktif. Upaya peningkatan sumber
daya manusia yang berkualitas dimulai dengan cara penanganan pertumbuhan anak
sebagai bagian dari keluarga dengan asupan gizi dan perawatan yang baik. Dengan
lingkungan keluarga yang sehat, maka hadirnya infeksi menular ataupun penyakit
masyarakat lainnya dapat dihindari. Di tingkat masyarakat faktor-faktor seperti
lingkungan yang higienis, ketahanan pangan keluarga, pola asuh terhadap anak
dan pelayanan kesehatan primer sangat menentukan dalam membentuk anak yang tahan
gizi buruk.
Secara
makro, dibutuhkan ketegasan kebijakan, strategi, regulasi, dan koordinasi
lintas sektor dari pemerintah dan semua stakeholders
untuk menjamin terlaksananya poin-poin penting seperti pemberdayaan masyarakat,
pemberantasan kemiskinan, ketahanan pangan, dan pendidikan yang secara tidak
langsung akan mengubah budaya buruk dan paradigma di tataran bawah dalam hal
perawatan gizi terhadap keluarga termasuk anak.
Keberhasilan
pembangunan nasional yang diupayakan oleh pemerintah dan masyarakat sangat
ditentukan oleh ketersediaan sumber daya manusia. Indikator yang digunakan
untuk mengukur tinggi rendahnya kualitas sumber daya manusia antara lain Indeks
Pembangunan Manusia (IPM) dan Indeks Kemiskinan Manusia (IKM). Pada umumnya IPM
dan IKM mempunyai komponen yang sama, yaitu angka harapan hidup (tingkat
kesehatan), penguasaan ilmu pengetahuan (tingkat pendidikan) dan standar
kehidupan yang layak (tingkat ekonomi). Pada IPM, standar hidup layak dihitung
dari pendapatan per kapita, sementara IKM diukur dengan persentase penduduk
tanpa akses terhadap air bersih, fasilitas kesehatan, dan balita kurang gizi.
Tiga faktor
utama penentu IPM yang dikembangkan UNDP adalah tingkat pendidikan, kesehatan,
dan ekonomi. Ketiga faktor tersebut erat kaitannya dengan status gizi
masyarakat. Pada tahun 2003 IPM Indonesia pada peringkat 112 dari 175 negara,
sementara IKM pada peringkat 33 dari 94 negara. Jika dibandingkan dengan Negara
ASEAN lainnya, dapat dilihat pada tabel berikut:
NEGARA
|
IPM
|
PERINGKAT
|
IKM
|
PERINGKAT
|
Singapore
|
88.4
|
28
|
6.3
|
6
|
Brunei Darussalam
|
87.2
|
31
|
-
|
-
|
Malaysia
|
79.0
|
58
|
-
|
-
|
Thailand
|
76.8
|
74
|
12.9
|
24
|
Philipine
|
75.1
|
85
|
14.8
|
28
|
Vietnam
|
68.8
|
109
|
19.9
|
39
|
Indonesia
|
68.2
|
112
|
17.9
|
33
|
Cambodia
|
55.6
|
130
|
42.8
|
73
|
Myanmar
|
54.9
|
131
|
25.7
|
45
|
Laos
|
52.5
|
135
|
40
|
66
|
Sumber: Direktorat Gizi Masyarakat
Salah satu
prioritas pembangunan nasional di bidang kesehatan adalah upaya perbaikan gizi
yang berbasis pada sumber daya, kelembagaan, dan budaya lokal. Kurang gizi akan
berdampak pada penurunan kualitas SDM yang lebih lanjut dapat berakibat pada
kegagalan pertumbuhan fisik, perkembangan mental dan kecerdasan, menurunkan
produktivitas, meningkatkan kesakitan serta kematian. Visi pembangunan gizi
adalah “Mewujudkan keluarga mandiri sadar gizi untuk mencapai status gizi
masyarakat/keluarga yang optimal”.
Secara umum
di Indonesia terdapat dua masalah gizi utama, yaitu kurang gizi mikro dan
kurang gizi makro. Kurang gizi makro pada umumnya disebabkan oleh kekurangan
asupan energi dan protein dibanding kebutuhannya yang menyebabkan gangguan
kesehatan, sedangkan kurang gizi mikro disebabkan kekurangan zat gizi mikro
(Dinkes Purworejo,2006). Gizi buruk adalah bentuk terparah dari proses
terjdinya kekurangan gizi menahun. Anak balita sehat atau kurang gizi secara
sederhana dapat diketahui dengan membandingkan antara berat badan menurut
umurnya dengan rujukan (standar) yang telah ditetapkan. Apabila berat badan
menurut umur sesuai dengan standar, anak disebut gizi baik. Kalu sedikit
dibawah standar disebut gizi kurang. Apabila jauh dibawah standar disebut gizi
buruk. Menurut Departemen Kesehatan, pada tahun 2003 terdapat sekitar 27,5% (5
juta balita kurang gizi), 3,5 juta anak (19,2%) dalam tingkat gizi kurang dan
1,5 juta anak gizi buruk (8,3%). WHO tahun 1999 mengelompokan wilayah
berdasarkan prevalensi gizi kurang ke dalam empat kelompok, yaitu rendah
(<10%), sedang (10-19%), tinggi (20-29%) dan sangat tinggi (>30%).
Status gizi
balita perlu mendapat perhatian yang serius, mengingat jumlah balita di
Indonesia sangat besar yaitu sekitar 10% dari seluruh populasi, perhatian yang
serius itu berupa pemberian gizi yang baik. Pada lima tahun pertama
kehidupannya, ditujukan untuk mempertahankan kehidupan sekaligus meningkatkan
kualitas agar mencapai pertumbuhan optimal baik secara fisik, sosial maupun
inteligensi. Pertumbuhan adalah bertambahnya ukuran dan jumlah sel serta
jaringan intraseluler, yang berarti bertambahnya ukuran tubuh sebagian atau
keseluruhan sehingga dapat diukur dengan satuan panjang dan berat (Depkes RI,
2005).
Status gizi
yang buruk pada balita dapat menimbulkan pengaruh yang sangat menghambat
pertumbuhan fisik, mental maupun kemampuan berfikir yang pada akhirnya akan
menurunkan produktuvitas kerja.Keadaan ini memberikan petunjuk bahwa pada
hakikatnya gizi yang buruk atau kurang akan berdampak pada menurunnya kualitas
sumber daya manusia. Kondisi seperti ini lambat laun akan menyebabkan angka
kematian bayi dan balita cukup tinggi
Angka
kematian bayi dan anak (balita) di negara-negara berkembang khususnya Indonesia
masih cukup tinggi. Salah satu penyebab yang menonjol diantaranya adalah karena
keadaan gizi yang kurang baik atau bahkan buruk.
Kondisi gizi
anak-anak Indonesia rata-rata lebih buruk dibanding gizi anak-anak dunia dan
bahkan juga dari anak-anak Afrika. Sebelum krisis menerpa 8,5 juta anak (37%
dari 23 juta anak) Indonesia diketahui kurang berat badannya dan menderita
kekurangan mikronutrien seperti zat besi (Fe), seng (Zn) dan Vitamin A. Jumlah
kematian anak pertahun akibat kekurangan gizi itu mencapai 147 ribu jiwa dan
separuh lebih di antaranya adalah balita. Balita hidup mengalami penurunan
kecerdasan (IQ) hingga 10% .
1.2
Rumusan
Masalah
1. Apa
pengertian dari gizi buruk?
2. Apa
faktor penyebab dari gizi buruk?
3. Apa
saja tipe dari gizi buruk?
4. Apa akibat yang timbul dari gizi buruk?
5. Apa
saja pecegahan terhadap gizi buruk?
6.
Bagaimana masalah gizi di Indonesia?
1.3 Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian dari gizi buruk.
2. Untuk
mengetahui penyebab dari gizi buruk.
3. Untuk
mengetahui tipe dari gizi buruk.
4. Untuk
mengetahui akibat dari gizi buruk.
5. Untuk
mngetahui pecegahan terhadap gizi buruk.
6. Untuk
mengetahui masalah gizi di Indonesia.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Gizi adalah suatu proses
organisme menggunakan makanan yang dikonsumsi secara normal melalui proses
digesti, absobsi, transportasi, penyimpanan, metabolisme dan pengeluaran
zat-zat yang tidak digunakan untuk mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan
fungsi normal dari organ-organ, serta menghasilkan energi.
Tak satu pun jenis
makanan yang mengandung semua zat gizi, yang mampu membuat seseorang untuk
hidup sehat, tumbuh kembang dan produktif. Oleh karena itu, setiap orang perlu
mengkonsumsi anekaragam makanan; kecuali bayi umur 0-4 bulan yang cukup
mengkonsumsi Air Susu Ibu (ASI) saja. Bagi bayi 0-4 bulan, ASI adalah
satu-satunya makanan tunggal yang penting dalam proses tumbuh kembang dirinya
secara wajar dan sehat.
Makan
makanan yang
beranekaragam sangat bermanfaat bagi kesehatan. Makanan yang beraneka ragam yaitu makanan yang
mengandung unsur-unsur zat gizi yang diperlukan tubuh baik kualitas maupun
kuantintasnya, dalam pelajaran ilmu gizi biasa disebut triguna makanan yaitu,
makanan yang mengandung zat tenaga, pembangun dan zat pengatur. Apabila terjadi
kekurangan atas kelengkapan salah satu zat gizi tertentu pada satu jenis
makanan, akan dilengkapi oleh zat gizi serupa dari makanan yang lain. Jadi
makan makanan yang beraneka ragam akan menjamin terpenuhinya kecukupan sumber
zat tenaga, zat pembangun dan zat pengatur.
Makanan
sumber zat tenaga antara lain: beras, jagung, gandum, ubi kayu, ubi jalar,
kentang, sagu, roti dan mi. Minyak, margarin dan santan yang mengandung lemak
juga dapat menghasilkan tenaga. Makanan sumber zat tenaga menunjang aktivitas
sehari-hari.
Makanan
sumber zat pembangun yang berasal dari bahan makanan nabati adalah
kacang-kacangan, tempe, tahu. Sedangkan yang berasal dari hewan adalah telur,
ikan, ayam, daging, susu serta hasil olahan, seperti keju. Zat pembangun
berperan sangat penting untuk pertumbuhan dan perkembangan kecerdasan
seseorang.
Makanan
sumber zat pengatur adalah semua sayur-sayuran dan buah-buahan. Makanan ini mengandung berbagai vitamin dan mineral,
yang berperan untuk melancarkan bekerjanya fungsi organ-organ tubuh.
2.2 Penilaian Status Gizi
Status gizi
adalah Ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam bentuk variabel
tertentu, atau perwujudan dari nutriture dalam bentuk variabel tertentu, contoh
gondok endemik merupakan keadaaan tidak seimbangnya pemasukan dan pengeluaran
yodium dalam tubuh.
Macam-macam penilaian status gizi
1.
Penilaian status gizi secara
langsung
Penilaian status gizi secara
langsung dapat dibagi menjadi empat penilaian yaitu antropometri, klinis,
biokimia dan biofisik.
a. Antropometri
1) Pengertian
Secara umum antropometri artinya ukuran tubuh manusia. Ditinjau dari sudut
pandang gizi, maka antropometri gizi berhubungan dengan berbagai macam
pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan
tingkat gizi.
2) Penggunaan
Antropometri
secara umum digunakan untuk melihat ketidakseimbangan asupan protein dan
energi. Ketidakseimbangan ini terlihat pada pola pertumbuhan fisik dan proporsi
jaringan tubuh seperti lemak, otot dan jumlah air dalam tubuh.
3) Indeks Massa
Tubuh (IMT) atau Body Mass Index (BMI)
Salah satu contoh penilaian ststus gizi dengan antropometri adalah Indeks
Massa Tubuh. Indeks Massa Tubuh (IMT) atau Body Mass Index (BMI) merupakan alat
atau cara yang sederhana untuk memantau status gizi orang dewasa, khususnya
yang berkaitan dengan kekurangan dan kelebihan berat badan. Berat badan kurang
dapat meningkatkan resiko terhadap penyakit infeksi, sedangkan berat badan
lebih akan meningkatkan resiko terhadap penyakit degeneratif. Oleh karena itu,
mempertahankan berat badan normal memungkinkan seseorang dapat mencapai usia
harapan hidup yang lebih panjang.
Pedoman ini bertujuan memberikan penjelasan tentang cara-cara yang
dianjurkan untuk mencapai berat badan normal berdasarkan IMT dengan penerapan
hidangan sehari-hari yang lebih seimbang dan cara lain yang sehat.
Untuk memantau indeks masa tubuh orang dewasa digunakan timbangan berat
badan dan pengukur tinggi badan. Penggunaan IMT hanya untuk orang dewasa berumur
> 18 tahun dan tidak dapat diterapkan pada bayi, anak, remaja, ibu
hamil, dan olahragawan.
Untuk mengetahui nilai IMT ini, dapat dihitung dengan rumus berikut:
Berat Badan
(Kg)
IMT =
-------------------------------------------------------
Tinggi Badan
(m) X Tinggi Badan (m)
Pada akhirnya diambil kesimpulan, batas ambang IMT untuk Indonesia adalah
sebagai berikut:
Kategori
|
IMT
|
|
Kurus
|
Kekurangan
berat badan tingkat berat
|
<>
|
Kurus sekali
|
Kekurangan
berat badan tingkat ringan
|
17,0 – 18,4
|
Normal
|
Normal
|
18,5 – 25,0
|
Gemuk
|
Kelebihan
berat badan tingkat ringan
|
25,1 – 27,0
|
Obes
|
Kelebihan
berat badan tingkat berat
|
> 27,0
|
Untuk
mengukur status gizi anak baru lahir adalah dengan menimbang berat badannya
yaitu : jika ≤ 2500 gram maka dikategorikan BBLR (Berat Badan Lahir Rendah)
jika 2500 – 3900 gram Normal dan jika ≥ 4000 gram dianggap gizi lebih.
Untuk Wanita hamil jika LILA (LLA) atau Lingkar lengan atas <>
b. Klinis
1) Pengertian
Pemeriksaan klinis adalah metode yang sangat penting untuk menilai status
gizi masyarakat. Metode ini didasarkan atas perubahan-perubahan yang terjadi
yang dihubungkan dengan ketidakcukupan zat gizi. Hal ini dapat dilihat pada
jaringan epitel (supervicial epithelial tissues) seperti kulit, mata, rambut
dan mukosa oral atau pada organ-organ yang dekat dengan permukaan tubuh seperti
kelenjar tiroid.
2) Penggunaan
Penggunaan metode ini umumnya untuk survei klinis secara cepat (rapid
clinical surveys). Survei ini dirancang untuk mendeteksi secara cepat
tanda-tanda klinis umum dari kekurangan salah satu atau lebih zat gizi. Di
samping itu digunakan untuk mengetahui tingkat status gizi seseorang dengan
melakukan pemeriksaan fifik yaitu tanda (sign) dan gejala (Symptom) atau
riwayat penyakit.
c. Biokimia
1) Pengertian
Penilaian status gizi dengan biokimia adalah pemeriksaan spesimen yang
diuji secara laboratoris yang dilakukan pada berbagai macam jaringan tubuh.
Jaringan tubuh yang digunakan antara lain : darah, urine, tinja dan juga
beberapa jaringan tubuh seperti hati dan otot.
2) Penggunaan
Metode ini digunakan untuk suata peringatan bahwa kemungkinan akan terjadi
keadaan malnutrisi yang lebih parah lagi. Banyak gejala klinis yang kurang
spesifik, maka penentuan kimia faali dapat lebih banyak menolong untuk
menentukan kekurangan gizi yang spesifik.
d. Biofisik
1) Pengertian
Penentuan status gizi secara biofisik adalah metode penentuan status gizi
dengan melihat kemampuan fungsi (khususnya jaringan) dan melihat perubahan
struktur dari jaringan.
2) Penggunaan
Umumnya dapat digunaakan dalam situasi tertentu seperti kejadian buta senja
epidemik (epidemic of night blindnes). Cara yang
digunakan adalah tes adaptasi gelap.
2. Penilaian gizi secara tidak langsung
Penilaian status gizi secara tidak langsung dapat dibagi tiga yaitu :
Survei Konsumsi makanan, statistik vital dan faktor ekologi.
a. Survei Konsumsi Makanan
1) Pengertian
Survei konsumsi makanan adalah metode penentuan status gizi secara tidak
langsung dengan melihat jumlah dan jenis zat gizi yang dikonsumsi.
2) Penggunaan
Pengumpulan data konsumsi makanan dapat memberikan gambaran tentang
konsumsi berbagai zat gizi pada masyarakat, keluarga dan individu. Survei ini
dapat mengidentifikasikan kelebihan dan kekurangan zat gizi.
b. Statistik Vital
1) Pengertian
Pengukuran
status gizi dengan statistik vital adalah dengan menganalisis dan beberapa
statistik kesehatan seperti angka kematian berdasarkan umur, angka kesakitan
dan kematian akibat penyebab tertentu dan data lainnya yang berhubungan.
2) Penggunaan
Penggunaannya
dipertimbangkan sebagai bagian dari indikator tidak langsung pengukuran status
gizi masyarakat.
c. Faktor Ekologi
1) Pengertian
Bengoa
mengungkapkan bahwa malnutrisi merupakan masalah ekologi sebagai hasil
interaksi beberapa faktor fisik, biologis dan lingkungan budaya. Jumlah makanan
yang tersedia sangat tergantung dari keadaan ekologi seperti iklim, tanah,
irigasi dll.
2) Penggunaan
Pengukuran
faktor ekologi dipandang sangat penting untuk mengetahui penyebab malnutrisi di
suatu masyarakat sebagai dasar untuk melakukan program intervensi gizi.
2.3 Permasalahan Gizi Masyarakat
Permasalahan
Gizi Masyarakat dapat dilihat pada bagan berikut :
UNICEF
(1988) telah mengembangkan kerangka konsep makro,sebagai salah satu strategi
untuk menanggulangi masalah kurang gizi. Dalam kerangka tersebut ditunjukkan
bahwa masalah gizi kurang dapat disebabkan oleh:
1. Penyebab
langsung
Makanan dan penyakit dapat secara langsung menyebabkan gizi kurang.
Timbulnya gizi kurang tidak hanya dikarenakan asupan makanan yang kurang,
tetapi juga penyakit. Anak yang mendapat cukup makanan tetapi sering menderita
sakit, pada akhirnya dapat menderita gizi kurang. Demikian pula pada anak yang
tidak memperoleh cukup makan, maka daya tahan tubuhnya akan melemah dan akan
mudah terserang penyakit.
2. Penyebab
tidak langsung
Ada 3
penyebab tidak langsung yang menyebabkan gizi kurang yaitu :
·
Ketahanan
pangan keluarga yang kurang memadai. Setiap keluarga diharapkan mampu untuk
memenuhi kebutuhan pangan seluruh anggota keluarganya dalam jumlah yang cukup
baik jumlah maupun mutu gizinya.
·
Pola pengasuhan
anak kurang memadai. Setiap keluarga dan mayarakat diharapkan dapat menyediakan
waktu, perhatian, dan dukungan terhadap anak agar dapat tumbuh kembang dengan
baik baik fisik, mental dan sosial.
·
Pelayanan
kesehatan dan lingkungan kurang memadai. Sistim pelayanan kesehatan yang ada
diharapkan dapat menjamin penyediaan air bersih dan sarana pelayanan kesehatan
dasar yang terjangkau oleh setiap keluarga yang membutuhkan.
Ketiga faktor tersebut berkaitan dengan tingkat pendidikan, pengetahuan dan
ketrampilan keluarga. Makin tinggi tingkat pendidikan, pengetahuan dan
ketrampilan, makin baik tingkat ketahanan pangan keluarga, makin baik pola
pengasuhan maka akan makin banyak keluarga yang memanfaatkan pelayanan
kesehatan.
3. Pokok masalah di masyarakat
Kurangnya
pemberdayaan keluarga dan kurangnya pemanfaatan sumber daya masyarakat
berkaitan dengan berbagai faktor langsung maupun tidak langsung.
4. Akar masalah
Kurangnya
pemberdayaan wanita dan keluarga serta kurangnya pemanfaatan sumber daya
masyarakat terkait dengan meningkatnya pengangguran, inflasi dan kemiskinan
yang disebabkan oleh krisis ekonomi, politik dan keresahan sosial yang menimpa
Indonesia sejak tahun 1997. Keadaan
tersebut teleh memicu munculnya kasus-kasus gizi buruk akibat kemiskinan dan
ketahanan pangan keluarga yang tidak memadai.
Masalah gizi terbagi menjadi
masalah gizi makro dan mikro. Masalah gizi makro adalah masalah yang utamanya
disebabkan kekurangan atau ketidakseimbangan asupan energi dan protein.
Manifestasi dari masalah gizi makro bila terjadi pada wanita usia subur dan ibu
hamil yang Kurang Energi Kronis (KEK) adalah berat badan bayi baru lahir yang
rendah (BBLR).
Bila terjadi pada anak balita akan mengakibatkan marasmus, kwashiorkor atau
marasmic-kwashiorkor dan selanjutnya akan terjadi gangguan pertumbuhan pada
anak usia sekolah. Anak balita yang sehat atau kurang gizi secara sederhana
dapat diketahui dengan membandingkan antara berat badan menurut umur atau berat
badan menurut tinggi, apabila sesuai dengan standar anak disebut Gizi Baik.
Kalau sedikit di bawah standar disebut Gizi Kurang, sedangkan
jika jauh di bawah standar disebut Gizi Buruk.
Bila gizi buruk disertai dengan tandatanda klinis seperti ; wajah
sangat kurus, muka seperti orang tua, perut cekung, kulit keriput disebut Marasmus,
dan bila ada bengkak terutama pada kaki, wajah membulat dan sembab disebut Kwashiorkor.
Marasmus dan Kwashiorkor atau Marasmus Kwashiorkor dikenal di masyarakat
sebagai “busung lapar”. Gizi mikro (khususnya Kurang Vitamin A, Anemia
Gizi Besi, dan Gangguan Akibat Kurang Yodium).
Menurut Hadi (2005), Indonesia
mengalami beban ganda masalah gizi yaitu masih banyak masyarakat yang
kekurangan gizi, tapi di sisi lain terjadi gizi lebih.
2.4 Faktor Penyebab Gizi Buruk
Banyak faktor yang
yang mengakibatkan terjadinya kasus gizi buruk. Penyebab
gizi buruk terdiri dari penyebab langsung dan tidak langsung. Penyebab langsung
terjadinya gizi buruk, yaitu:
Hal ini disebabkan terbatasnya
jumlah makanan yang
dikonsumsi atau makanannya tidak memenuhi unsur gizi yang
dibutuhkan karena alasan sosial dan ekonomi yaitu
kemiskinan.
Bayi dan balita tidak mendapat
makanan yang bergizi, dalam hal ini makanan alamiah terbaik bagi bayi yaitu air
susu ibu, dan sesudah usia enam bulan anak tidak mendapat makanan pendamping
ASI (MP-ASI) yang tepat, baik jumlah dan kualitasnya. MP-ASI yang baik tidak
hanya cukup mengandung energi dan protein, tetapi juga mengandung zat besi,
vitamin A, asam folat, vitamin B, serta vitamin dan mineral lainnya. MP-ASI
yang tepat dan baik dapat disiapkan sendiri di rumah. Pada keluarga dengan
tingkat pendidikan dan pengetahuan yang rendah sering kali anaknya harus puas
dengan makanan seadanya yang tidak memenuhi kebutuhan gizi balita karena
ketidaktahuan.
Hal ini
disebabkan oleh rusaknya beberapa fungsi organ tubuh sehingga
tidak bisa menyerap zat-zat makanan secara
baik. Terjadinya kejadian infeksi penyakit ternyata mempunyai hubungan timbal
balik dengan gizi buruk. Anak yang menderita gizi buruk akan mengalami
penurunan daya tahan sehingga anak rentan terhadap penyakit infeksi. Disisi
lain anak yang menderita sakit infeksi akan cenderung menderita gizi buruk
cakupan pelayanan kesehatan dasar terutama imunisasi, penanganan diare,
tindakan cepat pada balita yang tidak naik berat badan, pendidikan, penyuluhan
kesehatan dan gizi, dukungan pelayanan di posyandu, penyediaan air bersih,
kebersihan lingkungan akan menentukan tinggi rendahnya kejadian penyakit
infeksi.
Mewabahnya
berbagai penyakit menular akhir-akhir ini seperti demam berdarah, diare, polio,
malaria, dan sebagainya secara hampir bersamaan dimana-mana, menggambarkan
melemahnya pelayanan kesehatan yang ada di daerah. Berbagai penelitian
membuktikan lebih dari separuh kematian bayi dan balita disebabkan oleh keadaan
gizi yang jelek. Resiko meninggal dari anak yang bergizi buruk 13 kali lebih
besar dibandingkan anak yang normal. WHO memperkirakan bahwa 54% penyebab
kematian bayi dan balita didasari oleh keaadaan gizi anak yang jelek.
Ada
berbagai penyebab tidak langsung yang menyebabkan gizi kurang diantaranya
yaitu:
1. Ketahanan pangan keluarga yang kurang memadai.
Setiap keluarga diharapkan mampu untuk memenuhi kebutuhan pangan
seluruh anggota keluarganya dalam jumlah yang cukup baik jumlah maupun mutu
gizinya. Namun kemiskinan kadang menjadikan hambatan dalam penyediaan pangan
bagi keluarga.
2. Pola pengasuhan anak kurang memadai.
Setiap keluarga dan mayarakat diharapkan dapat menyediakan waktu,
perhatian, dan dukungan terhadap anak agar dapat tumbuh kembang dengan baik
baik fisik, mental dan sosial. Di masa modern ini pengasuhan anak kadang kita
serahkan kepada pembantu yang belum tentu tahu perkembangan dan kebutuhan makan
anak.
3. Pelayanan kesehatan dan lingkungan
kurang memadai.
Sistim pelayanan kesehatan yang ada diharapkan dapat menjamin
penyediaan air bersih dan sarana pelayanan kesehatan dasar yang terjangkau oleh
setiap keluarga yang membutuhkan. Berbagai kesulitan air bersih dan akses
sarana pelayanan kesehatan menyebabkan kurangnya jaminan bagi
keluarga. Pokok masalah gizi buruk di masyarakat yaitu kurangnya
pemberdayaan keluarga dan kurangnya pemanfaatan sumber daya masyarakat
berkaitan dengan berbagai faktor langsung maupun tidak langsung. Hal ini dapat
ditanggulangi dengan adanya berbagai kegiatan yang ada di masyarakat seperti
posyandu, pos kesehatan.
Ketiga faktor tidak langsung tersebut berkaitan dengan tingkat
pendidikan, pengetahuan, dan keterampilan keluarga. Semakin tinggi pendidikan,
pengetahuan, dan keterampilan, terdapat kemungkinan semakin baik tingkat
ketahanan pangan keluarga, semaikin baik pola pengasuhan anak, dan semakin
banyak keluarga memanfaatkan pelayanan kesehatan yang ada.
Berbagai faktor langsung dan tidak langsung di atas, berkaitan dengan
pokok masalah yang ada di masyarakat dan akar masalah yang bersifat nasional.
Pokok masalah di masyarakat antara lain berupa ketidakberdayaan masyarakat dan
keluarga mengatasi masalah kerawanan ketahanan pangan keluarga, ketidaktahuan
pengasuhan anak yang baik, serta ketidakmampuan memanfaatkan pelayanan
kesehatan yang tersedia.
Akar masalah gizi buruk adalah kurangnya pemberdayaan wanita dan
keluarga serta kurangnya pemanfaatan sumber daya masyarakat terkait dengan
meningkatnya pengangguran, inflasi dan kemiskinan yang disebabkan oleh
krisis ekonomi, politik dan keresahan sosial yang menimpa Indonesia. Keadaan
tersebut telah memicu munculnya kasus-kasus gizi buruk akibat kemiskinan dan
ketahanan pangan keluarga yang tidak memadai.
Menurut dr. Subagyo, Sp.P., gizi buruk
disebabkan oleh beberapa faktor.
1. faktor
pengadaan makanan yang kurang mencukupi suatu wilayah tertentu. Hal ini bisa
jadi disebabkan oleh kurangnya potensi alam atau kesalahan distribusi.
2. dari
segi kesehatan sendiri, yakni adanya penyakit kronis terutama gangguan pada
metabolisme atau penyerapan makanan. Selain itu, Menteri Kesehatan Indonesia,
Dr. Siti Fadilah menyebutkan ada tiga hal yang saling kait mengkait dalam hal
gizi buruk, yaitu kemiskinan, pendidikan rendah dan kesempatan kerja rendah.
3. Ketiga
hal itu mengakibatkan kurangnya ketersediaan pangan di rumah tangga dan pola
asuh anak keliru. Hal ini mengakibatkan kurangnya asupan gizi dan balita sering
terkena infeksi penyakit.
UNICEF dalam Soekirman (2002) juga telah
memperkenalkan dan sudah digunakan secara internasional mengenai berbagai
faktor penyebab timbulnya gizi kurang pada balita, yaitu :
1.
Penyebab langsung
Yaitu makanan tidak seimbang untuk anak
dan penyakit infeksi yang mungkin diderita anak. Anak yang mendapat makanan yang
cukup tetapi diserang diare atau infeksi, nafsu makan menurun, akhirnya dapat
menderita gizi kurang. Sebaliknya, anak yang makan tidak cukup baik, daya tahan
tubuh melemah, mudah diserang infeksi. Kebersihan lingkungan, tersedianya air
bersih, dan berperilaku hidup bersih dan sehat akan menentukan tingginya
kejadian penyakit infeksi.
2.
Penyebab tidak langsung
Pertama, ketahanan
pangan dalam keluarga adalah kemampuan keluarga untuk memenuhi kebutuhan makan
untuk seluruh anggota keluarga baik dalam jumlah maupun dalam komposisi zat
gizinya.
Kedua, pola
pengasuhan anak, berupa perilaku ibu atau pengasuh lain dalam hal memberikan
makan, merawat, kebersihan memberi kasih saying dan sebagainya. Kesemuanya berhubungan
dengan kesehatan ibu (fisik dan mental), status gizi, pendidikan, pengetahuan, pekerjaan,
adat kebiasaan dan sebagainya dari si ibu dan pengasuh lainnya.
Ketiga, faktor
pelayanan kesehatan yang baik, seperti; imunisasi,
penimbangan
anak, pendidikan dan kesehatan gizi, serta pelayanan posyandu, puskesmas, praktik
bidan, dokter dan rumah sakit.
2.5 Klasifikasi
Penyakit Gizi Buruk
Penyakit-penyakit
kekurangan gizi yang paling rentan adalah kelompok bayi dan anak balita. Oleh
sebab itu, indikator yang paling baik untuk mengukur status gizi masyarakat
adalah melalui status gizi balita (bayi dan anak balita). Selama ini telah
banyak dihasilkan berbagai pengukuran status gizi tersebut dan masing-masing
ahli mempunyai argumentasi sendiri dalam mengembangkan pengukuran tersebut.
(Anonymous,2008)
Berdasarkan
data statistik kesehatan Departemen Kesehatan RI tahun 2005 dari 241.973.879
penduduk Indonesia, enam persen atau sekira 14,5 juta orang menderita gizi
buruk. Penderita gizi buruk pada umumnya anak-anak di bawah usia lima tahun
(balita). Depkes juga telah melakukan pemetaan dan hasilnya menunjukkan bahwa
penderita gizi kurang ditemukan di 72% kabupaten di Indonesia. Indikasinya 2-4
dari 10 balita menderita gizi kurang.Gizi buruk merupakan salah satu dari tiga
tingkatan status gizi selain gizi lebih dan gizi baik.
Klasifikasi dari Standard Harvard menurut
Prof. Dr. Soekidjo Notoatmodjo, 2003. Yaitu standar yang dikembangkan untuk
mengukur status gizi anak disesuaikan dengan kondisi anak-anak dari
negara-negara Asia dan Afrika. Termasuk Indonesia, klasifikasi status gizi anak
didasarkan pada 50 percentile dari 100% standar Harvard.
Dibawah ini akan diuraikan 4 macam
cara pengukuran yang sering dipergunakan di bidang gizi masyarakat serta
klasifikasinya :
1. Berat
Badan Per Umur
·
Gizi baik adalah apabila berat badan
bayi / anak menurut umurnya lebih dari 89% standar Harvard.
·
Gizi kurang adalah apabila berat
badan bayi / anak menurut umur berada diantara 60,1-80 % standar Harvard.
·
Gizi buruk adalah apabila berat
badan bayi / anak menurut umurnya 60% atau kurang dari standar Harvard.

Pengukuran status gizi bayi dan anak balita
berdasarkan tinggi badan menurut umur, juga menggunakan modifikasi standar
Harvard dengan klasifikasinya adalah sebagai berikut :
·
Gizi baik yakni apabila panjang /
tinggi badan bayi / anak menurut umurnya lebih dari 80% standar Harvard.
·
Gizi kurang, apabila panjang /
tinggi badan bayi / anak menurut umurnya berada diantara 70,1-80 % dari standar
Harvard.
·
Gizi buruk, apabila panjang / tinggi
badan bayi / anak menurut umurnya kurang dari 70% standar Harvard.
3. Berat
Badan Menurut Tinggi
Pengukuran
berat badan menurut tinggi badan itu diperoleh dengan mengkombinasikan berat
badan dan tinggi badan per umur menurut standar Harvard juga. Klasifikasinya
adalah sebagai berikut :
·
Gizi baik, apabila berat badan bayi
/ anak menurut panjang / tingginya lebih dari 90% dari standar Harvard.
·
Gizi kurang, bila berat bayi / anak
menurut panjang / tingginya berada diantara 70,1-90 % dari standar Harvard.
·
Gizi buruk apabila berat bayi / anak
menurut panjang / tingginya 70% atau kurang dari standar Harvard.

Klasifikasi pengukuran status gizi
bayi / anak berdasarkan lingkar lengan atas yang sering dipergunakan adalah
mengacu kepada standar Wolanski. Klasifikasinya sebagai berikut :
·
Gizi baik apabila LLA bayi / anak
menurut umurnya lebih dari 85% standar Wolanski.
·
Gizi kurang apabila LLA bayi / anak
menurut umurnya berada diantara 70,1-85 % standar Wolanski.
·
Gizi buruk apabila LLA bayi / anak
menurut umurnya 70% atau kurang dari standar Wolanski.
Menurut
Moh. Agus Krisno Budianto, 2004. Penyakit gizi yang salah dapat digolongkan ke
dalam tiga kelompok besar yaitu penyakit-penyakit bawaan, penyakit berdasarkan
ketidakseimbangan antara intake dan requirement dan zat-zat gizi
dan penyakit- penyakit keracunan makanan.
2.5.1
Penyakit Bawaan
Berdasarkan
kesalahan susunan genetik yang dapat menyebabkan kelainan sintesa enzim, yang
dimulai dari kesalahan genetik, metabolisme (dengan perantara enzim), sehingga
menyebabkan terjadinya penyakit. Penyakit ini disebut juga dengan inbornerrors
of metabolism. Penyakit gizi akibat masalah genetik dapat menyebabkan
·
Enzim tertentu menurun sehingga
mengakibatkan penderita akan mengalami glukosa, intoleransi fruktosa dll.
·
Penyakit gangguan metabolisme.
·
Penyakit degeneratif (penurunan)
Contoh
penyakit akibat kesalahan genetic dapat menyebabkan produksi insulin menurun
sehingga dapat mengakibatkan gangguan metabolisme glukosa rusak (diabetes
mellitus)
2.5.2
Penyakit Akibat Ketidakseimbangan Antara Intake dan Requirement
dan Zat-zat Gizi
Dilihat
dari intake dan requirement ada dua kemungkinan yaitu penyakit gizi lebih dan
dan penyakit kurang gizi.
1.
Penyakit gizi lebih, contohnya :
obesitas yang berkembang menjadi diabetes mellitus, jantung koroner, dll.
2.
Penyakit kurang gizi, penyakit
defisiensi komplek, contohnya :
·
Kwarshiorkhor (yang disebabkan
karena kekurangan kalori dan protein.
·
Marasmus (yang disebabkan karena
kekurangan kalori)
·
Busung lapar (yang disebabkan karena
kekurangan protein)
Berdasarkan
sebab yang mengakibatkan gizi salah dibedakan menjadi dua :
·
Gizi salah primer, kelainan terletak
pada intake dan pada makanan, baik merupakan kelebihan maupun kekurangan.
·
Gizi salah sekunder, intake
mencukupi tetapi terdapat rintangan pada rangkaian prosos pencernaan,
penyerapan, transportasi dan utilization pada zat-zat makanan. Gangguannya
yaitu :
o
Terjadi suatu keadaan defisiensi
dalam efektifitas zat-zat makanan.
o
Mempertinggi desrtuksi atau ekskresi
zat-zat makanan sehingga persediaan untuk penggunaan dalam tubuh menjadi
berkurang.
2.5.3
Faktor-faktor yang Menyebabkan penyakit gizi buruk
·
Pola makan, Protein (dan asam amino)
adalah zat yang sangat dibutuhkan anak untuk tumbuh dan berkembang. Meskipun
intake makanan mengandung kalori yang cukup, tidak semua makanan mengandung
protein/ asam amino yang memadai. Contoh : Bayi yang masih menyusui umumnya
mendapatkan protein dari ASI yang diberikan ibunya, namun bagi yang tidak
memperoleh ASI protein dari sumber-sumber lain (susu, telur, keju, tahu dan
lain-lain) sangatlah dibutuhkan. Gaya hidup modern dengan perkembangan IPTEK
dimana terjadinya arus moderenisasi yang membawa banyak perubahan pada pola
hidup masyarakat
·
Faktor social, Hidup di negara
dengan tingkat kepadatan penduduk yang tinggi, keadaan sosial dan politik tidak
stabil, ataupun adanya pantangan untuk menggunakan makanan tertentu dan sudah
berlansung turun-turun dapat menjadi hal yang menyebabkan terjadinya
kwashiorkor.
·
Factor pendidikan, kurang adanya
pengetahuan tentang pentingnya gizi dikalangan masyarakat yang pendidikannya
relative rendah.
·
Faktor ekonomi, Kemiskinan keluarga
penghasilan yang rendah yang tidak dapat memenuhi kebutuhan berakibat pada
keseimbangan nutrisi anak tidak terpenuhi, saat dimana ibunya pun tidak dapat
mencukupi kebutuhan proteinnya.
·
Faktor infeksi dan penyakit lain,
Telah lama diketahui bahwa adanya interaksi sinergis antara MEP (Malnutrisi
energi protein) dan infeksi. Infeksi derajat apapun dapat memperburuk keadaan
gizi. Dan sebaliknya MEP, walaupun dalam derajat ringan akan menurunkan
imunitas tubuh terhadap infeksi.
2.6 Tipe Gizi Buruk
Penyakit-penyakit
atau gangguan-gangguan kesehatan akibat dari kelebihan atau kekurangan zat gizi
dan yang telah merupakan masalah kesehatan masyarakat, khususnya di Indonesia,
antara lain sebagai berikut :
2.6.1 Penyakit Kurang Kalori dan
Protein (KKP)
Penyakit
ini terjadi karena ketidakseimbangan antara konsumsi kalori atau karbohidrat
dan protein dengan kebutuhan energi atau terjadinya defisiensi atau defisit
energi dan protein. Pada umumnya Anak Balita merupakan kelompok umur yang
paling sering menderita akibat kekurangan gizi. Hal ini disebabkan anak Balita
dalam periode transisi dari makanan bayi ke makanan orang dewasa, sering kali
tidak lagi begitu diperhatikan dan pengurusannya sering diserahkan kepada orang
lain, dan belum mampu mengurus dirinya sendiri dengan baik terutama dalam hal
makanan.
Hal ini juga
di karenakan pada umur tersebut anak mengalami pertumbuhan yang pesat. Apabila
konsumsi makanan tidak seimbang dengan kebutuhan kalori maka akan terjadi
defisiensi tersebut (kurang kalori dan protein)
Penyakit ini dibagi dalam
tingkat-tingkat, yakni :
a)
KPP ringan, kalau berat badan anak
mencapai 84-95 % dari berat badan menurut standar Harvard.
b)
KKP sedang, kalau berat badan anak hanya
mencapai 44-60 % dari berat badan menurut standar Harvard.
c)
KKP berat (gizi buruk), kalau berat badan anak
kurang dari 60% dari berat adan menurut standar Harvard.
Beberapa
ahli hanya membedakan antara 2 macam KKP saja, yakni KKP ringan atau gizi
kurang dan KKP berat (gizi buruk) atau lebih sering disebut marasmus
(kwashiorkor). Anak atau penderita marasmus ini tampak sangat kurus, berat
badan kurang dari 60% dari berat badan ideal menurut umur, muka berkerut
seperti orang tua, apatis terhadap sekitarnya, rambut kepala halus dan jarang
berwarna kemerahan.
Penyakit
KKP pada orang dewasa memberikan tanda-tanda klinis : oedema atau honger oedema
(HO) atau juga disebut penyakit kurang makan, kelaparan atau busung lapar.
Oedema pada penderita biasanya tampak pada daerah kaki.
Jenis KKp atau PCM di kenal dalam 3
bentuk yaitu :
1. Kwashiorkor

Kwashiorkor adalah suatu keadaan di
mana tubuh kekurangan protein dalam jumlah besar. Selain itu, penderita juga
mengalami kekurangan kalori. Nama kwashiorkor berasal dari suatu daerah di
Afrika, artinya “penyakit anak yang terlantar” atau disisihkan karena ibunya
mengandung alergi dan tidak lagi memberikan air susu ibu padanya. Tanpa
mengganti air susu ibu dan dapat tambahan pangan yang seimbang anak (umumnya
berumur kurang lebih 18 bulan) kurang mendapat protein. Jenis penyakit ini sering dijumpai pada bayi dan anak usia 6 bulan
sampai 5 tahun pada keluarga berpenghasilan rendah, dan umumnya kurang
sekali pendidikannya.
Kurang protein pangan adalah
penyebab utama kwashiorkor sedang zat pangan pemberi tenaga mungin cukup
diperolehnya atau bahkan berlebihan. Kasus ini sering dijumpai di daerah
miskin, persediaan makanan yang terbatas, dan tingkat pendidikan yang rendah.
Penyakit ini menjadi masalah di negara-negara miskin dan berkembang di Afrika,
Amerika Tengah, Amerika Selatan dan Asia Selatan. Di negara maju seperti
Amerika Serikat kwashiorkor merupakan kasus yang langka. Berdasarkan SUSENAS
(2002), 26% balita di Indonesia menderita gizi kurang dan 8% balita menderita
gizi buruk. Anak dengan kwashiorkor akan
lebih mudah untuk terkena infeksi dikarenakan lemahnya sistem imun. Tinggi
maksimal dan kempuan potensial untuk tumbuh tidak akan pernah dapat dicapai
oleh anak dengan riwayat kwashiorkor.
Bukti secara statistik mengemukakan
bahwa kwashiorkor yang terjadi pada awal kehidupan (bayi dan anak-anak) dapat menurunkan
IQ secara permanen. Penanganan dini pada kasus-kasus kwashiorkor umumnya
memberikan hasil yang baik. Penanganan yang terlambat (late stages) mungkin
dapat memperbaiki status kesehatan anak secara umum, namun anak dapat mengalami
gangguan fisik yang permanen dan gangguan intelektualnya. Kasus-kasus
kwashiorkor yang tidak dilakukan penanganan atau penanganannya yang terlambat,
akan memberikan akibat yang fatal. Penyebab terjadinya kwashiorkor adalah
inadekuatnya intake protein yang berlansung kronis.
Faktor yang dapat menyebabkan hal tersebut diatas
antara lain:
a. Pola makan
Protein adalah zat yang sangat dibutuhkan anak untuk
tumbuh dan berkembang. Meskipun intake
makanan mengandung kalori yang cukup, tidak semua makanan mengandung
protein/asam amino yang memadai. Bayi yang masih menyusui umumnya mendapatkan
protein dari ASI yang diberikan ibunya, namun bagi yang tidak memperoleh ASI
protein dari sumber-sumber lain (susu, telur, keju, tahu dan lain-lain)
sangatlah dibutuhkan. Kurangnya pengetahuan ibu mengenai keseimbangan nutrisi
anak berperan penting terhadap terjadinya kwashiorkhor, terutama pada masa
peralihan ASI ke makanan pengganti ASI.
b. Faktor sosial
Hidup di negara dengan tingkat kepadatan penduduk yang
tinggi, keadaan sosial dan politik tidak stabil, ataupun adanya pantangan untuk
menggunakan makanan tertentu dan sudah berlansung turun-temurun dapat menjadi
hal yang menyebabkan terjadinya kwashiorkor.
c. Faktor ekonomi
Kemiskinan keluarga/penghasilan yang rendah yang tidak
dapat memenuhi kebutuhan berakibat pada keseimbangan nutrisi anak tidak
terpenuhi, saat dimana ibunya pun tidak dapat mencukupi kebutuhan proteinnya.
d. Faktor infeksi dan penyakit lain
Telah lama diketahui bahwa adanya interaksi sinergis
antara MEP dan infeksi. Infeksi derajat apapun dapat memperburuk keadaan gizi.
Dan sebaliknya MEP, walaupun dalam derajat ringan akan menurunkan imunitas
tubuh terhadap infeksi.
Tanda dan gejala klinis yang timbul
pada kwashiorkor antara lain:
a. Rambut tipis berwarna
merah seperti rambut jagung dan mudah dicabut tanpa menimbulkan rasa sakit.
b. Edema pada
seluruh tubuh terutama pada punggung kaki dan bila ditekan akan meninggalkan bekas.
c. Kelainan kulit (dermatosis)
seperti timbulnya ruam berwarna merah muda
yang meluas dan berubah warna menjadi coklat kehitaman dan terkelupas.
d. Wajah membulat dan sembab (moon
face).
e. Pandangan mata sayu.
f. Pembesaran hati.
g. Sering disertai penyakit
infeksi akut, diare, ISPA, dll.
h. perubahan
status mental menjadi cengeng, rewel, kadang apatis.
i. Otot mengecil (hipotrofi) dan menyebabkan lengan atas kurus sehingga ukuran LILA-nya
kurang dari 14 cm.
Dari sekian
banyak gejala klinis, ada beberapa gejala klinis tersebut yang khas pada
penderita kwashiorkor. Tanpa gejala klinis yang khas ini, penegakkan diagnosis
kwashiorkor tidak dapat ditegakkan. Gejala yang khas tersebut adalah edema,
rambut yang tidak hitam, mudah rontok, jarang dan tipis, perut buncit karena
hepatomegali, dan crazy pavement dermatosis. Karena adanaya edema, maka
kwashiorkor bisa disebutedematous protein calorie malnutrition.
ü Cara mengatasi kwarshiorkor
Dalam
mengatasi kwashiorkor ini secara klinis adalah dengan memberikan makanan bergizi
secara bertahap. Contohnya : Bila bayi menderita kwashiorkor, maka bayi
tersebut diberi susu yang diencerkan. Secara bertahap keenceran susu dikurangi,
sehingga suatu saat mencapai konsistensi yang normal seperti susu biasa
kembali.
ü Fakta terjadinya kwarshiorkor
Bandung,
Kompas – Sedikitnya 95 anak balita di 10 kabupaten/kota di Jawa Barat menderita
busung lapar, dua anak balita kwashiorkor dan satu anak balita menderita
komplikasi busung lapar kwashiorkor .Angka itu diperkirakan hanya angka awal dari
fenomena gunung es karena seluruhnya ada 25 kabupaten/kota. Diduga jumlah ini
sekitar 50 persen dari jumlah keseluruhan penderita sebab belum semua ibu
melaporkan kondisi anaknya yang kurang gizi karena kendala jarak ke pos
pelayanan kesehatan setempat atau karena tidak bisa meninggalkan pekerjaan.
2. Marasmus

Marasmus adalah bentuk
malnutrisi kalori protein yang terutama akibat kekurangan kalori yang berat dan
kronis terutama terjadi selama tahun pertama kehidupan dan mengurusnya lemak
bawah kulit dan otot (Dorland, 1998:649). Yang mencolok
pada keadaan nutritional marasmus
ialah pertumbuhan yang berkurang atau terhenti disertai atrofi otot dan
menghilangnya lemak bawah kulit.
Pada permulaan kelainan demikian
merupakan proses fisiologik. Untuk berlangsungnya hidup jaringan, maka tubuh
memerlukan energi yang tidak dapat dipenuhi oleh makanan yang diberikan,
sehingga harus didapat dari tubuh sendiri, sehingga cadangan protein dipakai
juga untuk memenuhi energi. Penyebab utama marasmus adalah kurang kalori
protein yang dapat terjadi karena diet yang tidak cukup, kebiasaan makan yang
tidak tepat, karena kelainan metabolik atau malformasi kongenital
(Nelson,1999).
Marasmus dapat terjadi pada segala
umur, akan tetapi yang sering dijumpai pada bayi yang tidak mendapat cukup ASI
dan tidak diberi makanan penggantinya atau sering diserang diare. Marasmus juga
dapat terjadi akibat berbagai penyakit lain seperti infeksi, kelainan bawaan saluran
pencernaan atau jantung, malabsorpsi, gangguan metabolik, penyakit ginjal
menahun dan juga gangguan pada saraf pusat (Dr. Solihin, 1990:116).
Tanda dan gejala yang terjadi seperti:
1. Wajah seperti orang tua.
3. Sering disertai penyakit infeksi (diare,
umumnya kronis berulang, TBC).
5. Kulit keriput, jaringan lemak subkutis sangat
sedikit sampai tidak ada (pakai celana longgar-baggy pants).
6. Perut cekung.
7. Iga
gambang.
Karena tidak ada edema, maka
marasmus sering disebut non edematous protein calorie malnutrition.
3. Marasmic-Kwashiorkor
Gambaran dua
jenis gambaran penyakit gizi yang sangat penting. Dimana ada sejumlah anak yang
menunjukkan keadaan mirip dengan marasmus yang di tandai dengan adanya odema,
menurunnya kadar protein (Albumin dalam darah), kulit mongering dan kusam serta
otot menjadi lemah.
Penyakit ini merupakan gabungan dari marasmus dan kwashiorkor dengan
gabungan gejala yang menyertai seperti:
a. Berat badan penderita hanya
berkisar di angka 60% dari berat normal. Gejala khas kedua penyakit
tersebut nampak jelas, seperti edema, kelainan rambut, kelainan kulit dan
sebagainya.
b. Tubuh mengandung lebih banyak
cairan, karena berkurangnya lemak dan otot.
c. Kalium dalam tubuh menurun
drastis sehingga menyebabkan gangguan metabolik seperti gangguan pada ginjal
dan pankreas.
d. Mineral lain dalam tubuh pun
mengalami gangguan, seperti meningkatnya kadar natrium dan fosfor inorganik
serta menurunnya kadar magnesium.
Gejala klinis
Kwashiorkor-Marasmus tidak lain adalah kombinasi dari gejala-gejala
masing-masing penyakit tersebut.
2.6.2 Busung Lapar
Busung
lapar atau bengkak lapar dikenal jiga dengan istilah Honger Oedeem (HO). Adalah
kwarshiorkor pada orang dewasa. Busung lapar disebabkan karena kekurangan
makanan, terutama protein dalam waktu yang lama secara berturut-turut. Pada busung
lapar terjadi penimbunan cairan dirongga perut yang menyebabkan perut menjadi
busung (oleh karenanya disebut busung lapar).
Tanda-tanda yang terjadi yaitu :
·
Kulit menjadi kusam dan mudah
terkelupas
·
Badan kurus
·
Rambut menjadi merah kusam dan mudah
dicabut
·
Sekitar mata bengkak dan apatis
·
anak menjadi lebih sering menderita
bermacam penyakit dan lain-lain.
Penderita
busung lapar biasanya menderita penyakit penyerta.
2.6.3 Penyakit Kegemukan (Obesitas)
Penyakit
ini terjadi ketidakseimbangan antara konsumsi kalori dan kebutuhan energi,
yakni konsumsi kalori terlalu berlebih dibandingkan dengan kebutuhan atau
pemakaian energi. Kelebihan energi di dalam tubuh ini disimpan dalam bentuk
lemak.
Pada
keadaan normal, jaringan lemak ini ditimbun di tempat-tempat tertentu
diantaranya dalam jaringan subkutan dan didalam jaringan tirai usus. Seseorang
dikatakan menderita obesitas bila berat badannya pada laki-laki melebihi 15%
dan pada wanita melebihi 20% dari berat badan ideal menurut umurnya.
Bila
masukan energi (suapan makanan) sama dengan pengeluaran energi untuk
metabolisme basal dan kegiatan fisik berat badan akan tetap konstan. Bila
masukan energi lebih besar daripada pengeluaran, kelibahan makanan akan diubah
menjadi lemak dan mengakibatkan kegemukan. Patokan umum, orang dikatakan
kegemukan bila bila berat badannya 10% lebih tinggi dari berat standart/ideal.
Pada
orang yang menderita obesitas ini organ-organ tubuhnya dipaksa untuk bekerja
lebih berat karena harus membawa kelebihan berat badan. Oleh sebab itu pada
umumnya lebih cepat gerah, capai dan mempunyai kecenderungan untuk membuat
kekeliruan dalam bekerja. Akibat dari penyakit obesitas ini, para penderitanya
cenderung menderita penyakit-penyakit kardiovaskuler, hipertensi, dan diabetes
melitus. (Anonymous,2008)
Faktor yang menyebabkan terjadinya
penyakit obesitas antara lain sebagai berikut:
1.
Keturanan, Stuktur dan tipe tubuh
cenderung menurun orang tua gemuk sering mempunyai anak-anak yang gemuk, tetapi
dapat diperolehkan bahwa ini lebih disebabkan oleh kebiasaan makanan daripada
oleh sifat yang diturunkan.
2.
Kurangnya Kegiatan Fisik, kegemukan
jarang dijumpai pada orang yang menjalani kehidupan aktif dan mempunyai
pekerjaan yang melibatkan kerja fisik berat. Pada orang yang tidak aktif, pusat
nafsu makan di hipotalamus cenderung berfungsi pada tingkat yang rendah dan
keseimbangan yang normal antara masukan dan pengeluaran energi tidak lagi
dipertahankan, ini mengakibatkan lebih besarnya suapan makanan daripada yang
dibutuhkan.
3.
Kebiasaan makanan, Orang yang sering
makan melebihi kebutuhannya, ini berlaku terutama untuk makanan kaya akan gula
yang sangat lezat, seperti coklat. dan es krim yang mempunyai nilai energi
tinggi. Kebiasaan makan pada awal kehidupan mempunyai dampak pada berat badan
sewaktu dewasa, bila suapan makanan bagi bayi dan anak-anak kecil melebihi
kebutuhan jumlah sel-sel jaringan lemak akan meningkatkan untuk menyimpan
kelebihan lemak. Faktor Psikologis, Orang dengan permasalah
psikologis/emosional cenderung menemukan pelipur lara dalam makana yang dan
sering makanan berlebihan.
4.
Faktor Endokrin, Banyak orang gemuk
menyalahkan kelenjar mereka. Padahal, kelainan endokrin jarang menyebabkan
kegemukan. Adakala kegemukan diakibatkan oleh produksi hormon yang cacat oleh
tiroid, pituitari atau kelenjar kelamin. Kegemukan lebih disebabkan oleh
kelainan hipotalamus, yang pada gilirannya akan mempergaruhi fungsi kelenjar
endokrin.
Penyembuhan
Pengobatan obesitas dapat dilakukan
dengan cara :
·
Diet dengan cara puasa, diet rendah
kalori
·
latihan fisik, dapat menurunkan
berat badan dan dibatasi dengan pembatasan masukan kalori.
·
Pembedahan
·
Farmakologi
2.6.4
Defisiensi Iodium
Beberapa
akibat defisiensi Iodium antara lain :
1. Pembesaran Kelenjar Tiroid
(gondok)
2. Kreatin yaitu kekurangan
Iodium berlanjut ditandai ukuran tubuh pendek,kulitkasar berwarna kekuningan,
raut muka seperti orang bodoh, mulut terbuka dan hidung besar.
3. Myxdema ditandai dengan
pertumbuhan tulang yang terhambat sehingga pendek, perut buncit, kulit kering
dan rambut rontok dan banyak lemak yang tertimbun pada kulit.
4. Abortus (Kematian ibu dan
Anak). Pada ibu hamil memiliki gangguan retardasi, aborsi, gangguan
perkembangan, kelainan congenital yang dapat mematikan fetus yang ada di
kandungan.
Fungsi iodin yang diketahui ialah
sebagai bahagian perlu kepada hormon tairod. Hormon tairod mengatur banyak
aktiviti berlainan termasuk tumbesaran, pembiakan , fungsi neuromuskular,
pertumbuhan kulit dan rambut, metabolisma selular, dan menolong melepaskan
tenaga ke dalam sel. Badan kita biasanya mengandungi 20 – 30mgs iodin.
Lebih kurang 60% daripadanya terdapat dalam kilang tairod, selebihnya
didapati pada keseluruhan tisu badan , terutamanya dalam ovari, otot dan darah.
Pencegahan
Defisiensi Iodium dapat dilakukan dengan upaya sebagai berikut :
1. Fortifikasi
·
Fortifikasi Iodium dalam garam Dapur
·
Fortifikasi Iodium pada cokelat
·
Fortifikasi Iodium pada air minum
·
Fortifikasi Iodium pada Roti
·
Fortifikasi Iodium pada Gula Kelapa
1. Penyuntikan
Lipiodol
Lapiodol merupakan
larutan Iodium dalam minyak dalam 40 % yang diberikan dalam bentuk suntikan.
Iodine
terjadi dalam jumlah yang berbeda yang terdapat dalam makanan dan air minuman.
Makanan laut seperti udang kara, tiram, sarden, dan sampai rumput laut adalah
sumber iodine yang baik. Jumlah iodin yang terkandung dalam susu dan telur
adalah ditentukan oleh jumlah iodine yang terdapat dalam makanan termakan
tersebut. Kandungan iodin yang terdapat dalam sayur-sayuran adalah berbeda
mengikuti jumlah kandungan iodin yang terdapat dalam tanah.
2.6.5
Xerophthalmia (Defisiensi Vitamin A)
Penyakit ini disebabkan karena
kekurangan konsumsi vitamin A didalam tubuh. Gejala-gejala penyakit ini adalah
kekeringan epitel biji mata dan kornea karena glandula lakrimalis menurun.
Terlihat selaput bola mata keriput dan kusam bila biji mata bergerak. Fungsi
mata berkurang menjadi hemeralopia atau noctalmia yang oleh awam disebut buta
senja atau buta ayam, tidak sanggup melihat pada cahaya remang-remang. Pada
stadium lanjut maka mengoreng karena sel-selnya menjadi lunak yang disebut
keratomalasia dan dapat menimbulkan kebutaan.
Fungsi vitamin A sebenarnya mencakup
3 fungsi yakni fungsi dalam proses melihat, dalam proses metabolisme, dan
proses reproduksi. Gangguan yang diakibatkan karena kekurangan vitamin A yang
menonjol, khususnya di Indonesia adalah gangguan dalam proses melihat yang
disebut xerophthalmia ini.
Oleh sebab itu penanggulangan
defisiensi kekurangan vitamin A yang penting disini ditujukan kepada pencegahan
kebutaan pada anak balita. Program penanggulangan xerophthalmia ditujukan pada
anak balita dengan pemberian vitamin A secara cuma-cuma melalui puskesmas dan /
atau posyandu. Disamping itu program pencegahan dapat dilakukan melalui
penyuluhan gizi masyarakat tentang makanan-makanan sebagai sumber vitamin
Bahan
makanan
|
Mg tiamin
per 100 g
|
Minyak
hati ikan jenis halibut
Minyak
hati ikan cod
Hati lembu
jantan
Margarin
Mentega
Keju
ceader
Telur
Iakn jenis
haering
Susu
|
900.000
18.000
16.500
900
825
350
140
45
30
|
Data
Departemen Kesehatan menunjukkan, 5 juta anak balita mengalami gizi kurang, 8,1
juta anak balita menderita anemia gizi, dan 10 juta anak balita mengalami
kurang vitamin A subklinis
2.6.6
Defisiensi thiamine ( vitamin B1)
Vitamin ini adalah zat berupa
kristal, tersusun dari unsur-unsur karbon, hidrogen, oksigen dan belerang,
mudah larut dalam air dan sedikit melarut dalam alkohol. Vitamin ini selain
disebut theamin, lazim pula disebut aneurin atau anti beri-beri.
Penyakit
beri-beri yang disebabkan kekurangan theamin ditandai dengan :
1. kurangnya
sesuatu yang dapat dirasakan atau gatal pada ibu jari kaki serta telapak kaki.
2. lutut
terasa seakan-akan kaku dan refleknya tidak ada, nyeri, kejang, sulit berjalan
yang dapat menimbulkan kelumpuhan kaki dengan atrofi otot kaki.
3. sebagai
tingkat lanjutannya berbagai urat saraf mengalami gangguan, termasuk gangguan
pada fungsi jantung.
4. pada
beri-beri basah ditandai oleh udema yang khusus pada kaki, sedang pada
beri-beri kering dijumpai atrofi otot yang umum.
Vitamin B1 atau
theamin sangat diperlukan tubuh, tersedianya dalam tubuh karena diserap usus
dari makanan, selanjutnya diangkut bersama darah kejaringa-jaringan tubuh.
Theamin ditemukan sebagai cadangan dalam jumlah terbatas didalam hati, buah,
pinggang, jantung, otot dan otak, sebagai cadangan diperlukan untuk sekedar
dapat memelihara fungsi alat-alat tubuh tadi dalam waktu yang singkat.
Sel jaringan mewujudkan/menjadikan
tersedianya zat yang mengandung thiamin, zat mana demikian membantu dalam
pembakaran karborhidrat dan diangkat didalam darah oleh sel darah putih yang
mempunyai inti dengan thiamin yang bebas dalam plasma. Koenzim tersebut
berfungsi memungkinkan karboksilase memisahkan karbnioksida dari asam piruvat,
sedangkan sisanya selanjutnya dirombak menjadi karbondioksida dan air.
Fungsi
thiamin ( B1) adalah :
1.
metabolsime karbohidrat
2.
mempergaruhi keseimbangan air didalam tubuh
3.
mempergaruhi penyerapan zat lemak dalam usus
Sumber
vitamin B1 ( theamin ) adalah hati, ginjal, jantung, otak,
susu, kuning telur, kuliut ari padi dan gandum, wortel dan ragi.
Dalam hal menentukan besarnya
kebutuhan thiamin ini, bagi anak yang sedang meningkatkan pertumbuhanya dapat
agak mudah menentukannya dibandingkan dengan orang dewasa :
1. bagi
anak-anak yang sedang meningkatkan pertumbuhanya memerlukan thiamin perkilogram
berat badanya, dan umunnya relatif lebih besar dibandingkan dengan orang
dewasa.
2 bagi orang
dewasa penentuan kebutuhanya memang agak sulit karena harus dipertimbangkan
dengan besar tubuhnya, kegiatan, kebiasa makan dan perbedaan pemanfaatan dan
kemanfaatan dalam tubuhnya.
3. bagi
ibu yang sedang hamil atau menyusui sudah tentu akan memerlukan thiamin lebih
banyak daripada biasanya.
Tabel.
Kandungan Tiamin pada beberapa makanan .
Bahan
makanan
|
Mg tiamin
per 100 g
|
“Flake”
jagung
kapri
Roti tawar
asal tepung gandum pecah kulit
Roti tawar
Kentang
Daging
kambing
Daging
sapi
Susu
|
1,8
0,32
0,26
0,18
0,11
0,09
0,05
0,04
|
2.6.7
Defisiasi Vitamin B2 ( Riboflavin )
Riboflavin mempunyai sifat larut
dalam air dan tahan panas didalam larutan netral atau asam, akan tetapi kalau
dipanaskan dalam larutan basa ataupun kalau kena sinar matahari maka vitamin
tersebut akan rusak. Pada putih telur kadungan riboflavin ternyata lebih banyak
dari kandungan thiaminya. Mikro organisme—-bakteri—-dalam usus pada umunya
sangat menunjang pembentukan riboflavin.
Fungsi
riboflavin yaitu :
a. berguna
untuk pemindahan rangsangan sinar ke syaraf mata.
b. berperan
dalam berbagai enzim dalam proses oksidasi dalam sel-sel, dalam proses oksidasi
jaringan ( teruama di bagian luar dari tubuh, seperti : kulit, mata dan syaraf
perifer ).
Kekurangan
vitamin B2( riboflavin ) yaitu :
1.
pengelihatan menjuadi kabur—-katarak dan keratitis pada mata—, hampir semacam
buta senja.
2.
keilosis—-radang atau luka pada bagian sudut bibir, hidung
3. gangguan
pada proses pertumbuhan, pada pencernaan dan urat syaraf.
4. berat
badan menurun sedangkan aktivitasnya menjadi berkurang.
Riboflavin dalam bentuk yang
diperdangankan merupakan kristal, berwarna kuning orage, mudah larut dalam
suasana basa, tidak stabil terhadap pemanasan, larut dalam pH riboflavin tidak
stabil terhadap sinar tampak dan sinar iltraviolet.
Kebutuhan normal orang dewasa akan
vitamin B2 yaitu 1.6 mg perhari, namun kebutuhan tersebutsecara
berlebihan tepatnya tergantung pada umur, berat badan, konsumsi energi dan
protein, kebutuhan vutamin ini bagi anak-anak, wanita hamil dan menyusui
tentunya lebih tinggi daripada biasanya.
Tabel
.kandungan Riboflavin pada beberapa makanan
Bahan
makanan
|
Mg
riboflavin per 100gram
|
Khamir bir
yang dikeringkan
Hati
Ginjal
Jantung
Keju
Telur
Daging
sapi
Susu
Kubis
Kentang
Roti tawar
|
3,68
3,10
2,10
1,60
0,50
0,47
0,20
0,19
0,05
0,04
0,03
|
2.6.8
Defisiensi vitamin B3
Vitamin
B3 atau dikenali juga dengan nama Niacin diperlukan oleh badan kita untuk
peredaran darah dan kulit yang sihat. Niacin adalah penting dalam menghasilkan
tenaga daripada gula darah (blood sugar) dan dalam pembuatan lemak. Ia membantu
dalam fungsi sistem saraf ; dalam metabolisma karbohidrat, lemak dan protin dan
dalam pengeluaran asid hidroklorik untuk sistem penghadaman. Ia juga
terlibat dalam pengeluaran cecair hempedu dan perut yang normal dan sitesis
hormon seks. Niacin merendahkan paras kolestrol dan membaiki peredaran darah.
Ia membantu dalam penyakit mental seperti schizophrenia dan ia juga
sebagai menambah ingatan.
Sumber :
Niacin
dan niacinamide didapati daripada hati lembu, ragi yang ditapai, kobis bunga,
lobak merah, keju, tepung jagung, buah kurma, telur, fish, susu, kacang
tanah, ubi kentang, tomato, gandum, dan hasil gandum.
Kekurangan :
1)
Keletihan, lemah badan
2)
Pellegra,sejenis penyakit dengan
gejala bengkak; kulit merekah atau pecah; bengkak mulut dan lidah; cirit;
gangguan mental; pening; lemah badan; sakit kepala; lemah otot; rendah gula
dalam darah
Tabel. kandungan asam nikotianat
dari beberapa makanan.
Bahan makanan
|
Mg asam
nikotianat ekivalen per 100 g
|
Khamir bir
yang dikeringkan
Kacang garing
Hati
Daging sapi
Keju cieader
Roti tawar
asam tepung gandum pecah kulit
Telur
Kapri
Roti tawar
Kentang
Susu
Bir
|
62,9
21,3
17,9
7,2
6,2
5,6
4,9
3,7
3,4
3,0
1,7
0,9
0,6
|
2.6.9
Defisiensi Vitamin B 12
Vitamin
B 12 berfungsi dalam stimulus pada jaringan. Sianokobalamin dapat
dikatakan demikian mendasari pembentukan bentukan vitamin B12.hasil penelitian
menyatakan bahwa sianokobalamin mengandung suatu kelompok sianida dan terikat
pada kobalat pusat B12 berbentuk kristal berwarna merah tua.dapat larut dalam
air dan alkohol,stabil dalam bentuk larutan.
Vitamin B12 sumbernya yaitu
hati,fungsinya dalam tubuh yaitu:
·
Sebagai koenzim yang pentig dalam
metabolisme asam amino
·
Berperan dalam pembentukan eritrosit
·
Diperkirakan berperan dalam sintesis
asm nukleat
·
Berperan pula dalam pembentukan
darah merah
Makan
vitamin dan zat gizi lain ada aturan bakunya. Tidak boleh kurang, juga jangan
berlebihan. Kalau ini dilanggar, apalagi sampai berlangsung lama, dapat
mengganggu kesehatan. Kekurangan vitamin B12, misalnya, mengganggu pertumbuhan
pada anak dan sistem saraf sehingga muncul gejala kebodohan, gampang marah,
atau tersinggung.
Ada
sejumlah faktor penyebab defisiensi vitamin B12. Misalnya karena asupan vitamin
lewat makanan kurang. Jumlah yang ditelan sedikit, atau kurang memenuhi standar
yang ditetapkan. Ini bisa terjadi pada mereka yang “alergi” makanan hewani,
yang notabene merupakan sumber kobalamin (nama lain vitamin B12).
Pola
makan vegetarian (hanya makan dari sumber nabati) juga dapat menjadi faktor
penyebab kekurangan vitamin ini. Sebab, vitamin B12 ditemukan dalam produk
hewan, dan jarang terdapat pada makanan nabati, kecuali kalau bahan itu berasal
dari rumput laut atau yang terkontaminasi oleh feses. Beberapa rumput laut
mengandung kobalamin kecuali spirulina karena hampir seluruh vitamin B12 pada
spirulina merupakan analog.
Banyak
sekali fungsi kobalamin dalam tubuh. Vitamin ini dikenal sebagai penjaga nafsu
makan dan mencegah terjadinya anemia (kurang darah) dengan membentuk sel darah
merah. Karena peranannya dalam pembentukan sel, defisiensi kobalamin bisa
mengganggu pembentukan sel darah merah, sehingga menimbulkan berkurangnya
jumlah sel darah merah. Akibatnya, terjadi anemia. Gejalanya meliputi
kelelahan, kehilangan nafsu makan, diare, dan murung.
Defisiensi
berat B12 potensial menyebabkan bentuk anemia fatal yang disebut Pernicious
anemia. Soalnya, vitamin B12 bisa disimpan dalam tubuh (hati dan ginjal), dan
hanya dibutuhkan dalam jumlah sedikit, timbulnya gejala defisiensi berat itu
perlu waktu lima tahun atau lebih. Ketika gejalanya muncul ke permukaan,
biasanya pada usia pertengahan, defisiensi itu lebih karena penyakit pencernaan
atau gangguan penyerapan daripada karena menu yang miskin B12, kecuali bagi
yang vegetarian berat.
Vitamin
B12 juga merupakan koenzim penting yang dibutuhkan untuk sintesa DNA yang
mengontrol pembentukan sel-sel baru. Pun B12 vital dalam mencegah kerusakan
sistem saraf dengan membantu pembentukan mielin pada urat saraf.
Karena
berperan dalam melindungi fungsi saraf, defisiensi kobalamin bisa menimbulkan
pembentukan sel saraf terganggu, dan mengakibatkan kerusakan sistem saraf.
Gejalanya, kehilangan daya ingat dan orientasi, gampang bingung, delusi
(berkhayal), kelelahan, kehilangan keseimbangan, refleks menurun, mati rasa,
geli di tangan dan kaki, serta pendengaran terganggu.
Kekurangan
vitamin ini juga sering ditandai dengan timbulnya gejala kebodohan karena
sistem saraf terganggu, dan demielinasi (kerusakan asam lemak mielin pada akson
saraf) yang menyebar dan progresif. Pengaruh defisiensi B12 pada anak adalah
terganggunya pertumbuhan. Suatu penelitian membuktikan bahwa anak-anak yang
vegetarian mengalami gangguan pertumbuhan (kerdil) karena asupan B12 tidak
memadai. Selain meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan anak secara normal,
vitamin B12 juga memelihara kesuburan.
Di
samping mengganggu pertumbuhan dan sistem saraf, kekurangan vitamin B12 juga
menjadikan mereka gampang marah dan tersinggung. Sementara itu penyebab
kerusakan sistem saraf kemungkinan karena defisiensi gugus metil lantaran tidak
mampu mensintesis metionin (salah satu asam amino) dan S-adenosil metionin.
2.6.10 Difesiensi Vitamin C
Bahan
bahan makanan yang mengandung vitamin C adalah hati,ginjal,sayur sayuran dan
buah buahan segar terutama jeruk yang dapat mengandung zat zat sitrin dan rutrin(zat
zat ini yang membantu dalam menghentikan pendarahan.
Vitamin
C pemula isolasinya dilakukan oleh seorang pakar yang bernama SZENT
GYORGY(1912)dari jeruk kol,dan adrenal korteks,yang pada waktu itu dinamakanya
sebagaia asam heksuronika sehubungan dengan molekulnya 6 atom karbon serta
bersifat mereduksi.vitamin C ini jelasnya merupakan derivat heksoso cocok
digolongkan sebagai suatu karbohidrat,dalam bentuk klristal berwarna
putih,demikian larut dalam alkohol,stabil dalam keadaan kering tetapi mudah
teroksidasi dalam keadaan larutan basa.
Vitamin C mudah rusak oleh panas
sehingga sayuran dimasak akan berkurang kadar vitamin C nya:
·
Sebagai aktivator macam macam fermen
perombak protein dan lemak
·
Penting bagi dehidrasi dan oksidasi
dalam sel
·
Mempengarui kerja anak ginjal
·
Penting dalam prmbentukan trobsit
Dalam
keadaan tubuh dalam waktu mengalami kekurangan vitamin C dapat menimbulkan:
·
Kerusakan sel sel endotel
·
Pembuluh kapiler kurang permeabel
dan mengakibatkan timbulnya pendarahan dalam sum sum tulang serta kerusakan
tulang
·
Gejala awal ditandai dengan
pendarahan pada gus, dibawah kulit ‘karies gigi dan mudah menderita sakit gigi
disebut skrobutum.
2.6.11
Defisensi Vitamin D
Senyawa kolkalsiferol berwarna putih, berbentuk
kristal yang larut dalam minyak dan olemak tetapi tidak larut dalam air. Ada
dua bentuk vitamin D yang amt berbeda :
1.
kolkalsiferol ( vitamin D 3)
adalah bentuk alami dari vitamin ini dalam makanan. Vitamin D 3
dapat terbentuk dibawah kulit oleh pengaruh sinar matahari ( radiasi ultra
violet ).
2.
ergokalsiferol ( vitamin D 2
) adalah bentuk sintetik dari vitamin ini mempunyai aktivitas yanf sama dengan
vit alami. Vitamin D2 dihasilakan dengan irradiasi ultra violet dari
ergosterol, suatunsenyawa yang dapat di ekstraksi khamir. Bentuk inilah yang
ditambah dalam berbagai komoditi seperti margarin dan makanan bayi.
Sumber :
1.
makanan, minyak hati ikan, ikan yang
berminyak, telur, mentega, hati dan keju.
2.
sinar matahari
3.
vitamin D terbentuk dalam kulit yang
terkena sinar matahari.
·
Fungsi
Vitamin
D diperlukan untuk pertumbuhan dan pemeliharaan tulang dan gigi. Vitamin D
dibutuhkan untuk absobsi kalsium dari usus dan unytuk pengambilan kalsium dan
fosfor oleh tulang dan gigi.
·
Kekurangan vitamin D
1)
Menyebabkan penyakit rakhitis (
tulang panjang akan membengkok pada bagian yang menderita beban tubuh,
lututgemetar dan kaki pengkar ).
2)
Menyebabkan gangguan absobsi kalsium dan
pelunakan tulang.
3)
Gigi keluart terhambat
4)
Panggul menjadi kecil dan sempit
Penyebab penyakit rakhitis adalah
susunan makanan yang murah, yamg terutama terdiri dari segi makanan sereal
tanpa vit D dan kuramganya sinar matahari didaerah kota yang penuh asap.
·
Kelebihan vitamin D
Pengedapan kalsium pada jaringan
lunak dalam tubuh
Keracunan
Pengambilan
secara berlebihan boleh menyebabkan seseorang itu mengalami pengumpulan kalsium
pada organ tubuh, tulang rapuh dan kerosakan pada sistem renal dan
kardiovaskular.
2.6.12 Defisiensi
vitamin E
Vitamin
E adalah aktioksidan alam. Dalam minyak nabativitaminE membantu pengurangan
ketengikan dengan mencengahan oksidasi terhadap asam lemak tidak jenuh. Vitamin
E juga berperan melindungi asam askorbat terhadap oksidasi dalam sayuran dan
buah-buahan.Vitamin E mempergaruhi kesuburan manusia.
·
Sumber vitamin E
a. Gandum
b. Minyak
nabati
c. Telur dan
susu
Vitamin
E banyak terdapat pada beberapa makanan , Minyak jagung atau biji kapas,
mentega, beras perang, minyak kacang soya, minyak sayuran lain seperti minyak
kacang dan sebagainya. Mengandungi antioksidan. Membantu membina sel darah
merah, otot-otot dan tisu tubuh. Menyimpan asid berlemak. Antioksidan juga
boleh mengurangkan risiko sesetengah kanser.
Kekurangan
vitamin ini jarang berlaku tetapi membabitkan kelahiran tidak cukup bulan, bayi
tidak cukup berat atau kanak-kanak yang sistem tubuhnya tidak menyerap bahan
berlemak dengan sempurna. Juga menyebabkan kecacatan sistem saraf.
·
Fungsi vitamin E yaitu :
1.
mencegah keguguran atau pendarahan
pada ibu hamil
2.
diperlukan pada saat sel sedang
membelah.
2.6.13 Difesiensi vitamin K
Vitamin
K terdapat dalam sayuran hijau dan berbagai pangan lain. Vitamin K adalah
ensensial untuk pembekuaan darah yang biasa.
·
Kekurangan vitamin K
Jarang
terjadi, karena vitamin K ini terdapat dalam susunan makanan yang normal dan
disentesis oleh bakteri yang ada diusus,masalah pembekuan darah yang tidak
normal atau pendarahan.
Viamin
K dibentuk dalam usus tebal ( kolon ) dengan bantuan bakteri Escherica coli,
viamin ini hanya dapat diserap apabila bersama-sama empedu.
·
Fungsi vitamin K yaitu :
pembentukan
prototrombin, jelasnya penting dalam proseskoagulasi ( pengumpalan ) darah.
Peranan empedu dalam penyerapan usus adalah sangat menentukan, dalam hal ini
apabila sekresi empedu terganggu maka penyerapan vitaminK ternyata akan
terganggu pula. Pda seseorang menderita penyakit kuning atau penyakit saluran
empedu, kekurangan vitamin K akan mengalami cukup besar, sungguhpun tersedianya
vitamin ini dalam makanan cukup banyak, sehingga penderita ini mengalami
kesulitan dalam pembekuan/pengumpalan darahnya pada bagian yang terluka. Kadar
protombin yang rendah dalam tubuh sebagai akibat kurangnya vitamin K yang
diserapm oleh tubuh kadang-kadang pada ibu yang melahirkan atau pada bayi
terjadi pendarahan yang cukup hebat.
2.6.14 Defisensi
Calsium
Kalsium
banyak terdapat dalam susu, telur dan sayuran, Kalsium Susu, dadih, keju,
sardin, brokoli dan daun lobak putih. Membantu membina tulang dan gigi yang
kuat. Mengingkatkan fungsi otot dan saraf. Membantu darah membeku. Menggiatkan
enzim-enzim yang diperlukan tubuh untuk menukarkan makanan kepada tenaga.
·
Kekurangan kalsium adalah
Penyakit
rachitis dan penghambat pada pertumbuhan Kekurangan phosphorus edan vitamin D,
Mengalami sembelit, karang, ginjal, pengumpulan kalsium pada tisu-tisu badan.
Menghalang penyerapan zat besi dan mineral-mineral lain
·
Sumber yaitu :
Dada
ayam, susu, kekacang, kuning telur dan keju. Ia bergantung dengan kalsium dalam
pembinaan tulang dan gigi yang sihat. Diperlukan untuk metabolisme, kimia
tubuh, fungsi saraf dan otot. Kekurangan:
Walaupun
jarang berlaku, ia dapat menyebabkan seseorang itu mengalami lemah-lemah tubuh,
sakit tulang dan kurang selera makan.
·
Fungsi kalsium :
1)
pembentukan tulang dan gigi
2)
pada proses fisiologik dan biokimiawi didalam
tubuh ( pada pembekuan darah, eksitabilitas syaraf otot, kerekatan seluler,
transmisi impul-impul syaraf, memelihara dan dan meningkatkan fungsi membran
sel, mengaktifkan reaksi enzim dan pengeluaran hormon.
2.6.15
Defisensi Besi
Fungsi yaitu
:
Zat besi atau iron adalah nutrien penting untuk badan
manusia. Seorang lelaki dewasa yang sihat mempunyai 40 hingga 50 mg iron per
kilogram berat badan manakala bagi wanita dewasa mempunyai 35 hingga 50
mgs per kilogram berat badan.
Iron memainkan peranan penting dalam pengangkutan
oksigen daripda paru-paru ke tisu. Iron bergabung dengan oksigen di dalam
paru-paru dan melepaskan oksigen dalam tisu-tisu yang memerlukan. Iron
digunakan dalam pembuatan haemoglobin.
Iron juga
berperanan penting dalam fungsi normal imuniti. Kekurangan iron telah
menunjukkan badan kita mudah mendapat jangkitan.
Sumber yaitu
:
Sumber terbaik zat besi berasaska makanan ialah hati,
tiram, kerang, buah pinggang, daging tanpa lemak, ayam/itik dan ikan. Kacang
dan sayur yang dikeringkan adalah sumber iron yang baik daripada tumbuhan.
Kekurangan
yaitu :
- Keletihan, lemah badan
- Berdebar, sakit dada
- Sukar bernafas
- anemia
2.6.16 Penyakit-penyakit keracunan makanan
Keracunan
makanan ialah penyakit yang terjadi setelah memakan makanan yang tercemar
dengan kuman atau bahan kimia. Terdapat banyak kesalahan makan atau keracunan
makanan yang terjadi dan bahkan dapat menyebabkan kematian.
·
Keracunan HCN (asam Biru),
disebabkan oleh asam biru (HCN). Misalnya pada singkong yang mengandung suatu
glukosarida oleh pengaruh enzim akan menghasilkan HCN. Gejala keracunan
singkong ialah mual dan muntah, sesak nafas dan koma.
·
Aflatoxin, merupakan racun yang
dihasilkan oleh jamur aspergillus falfus yang dapat mencemari kacang
tanah.
·
Asam bongkrek, merupakan senyawa
yang diproduksi oleh pseudomonas cocovenenans. terbentuknya toksin pada
tempe bongkrek
Ada beberapa hal yang menyebabkan
meningkatnya kasus keracunan pangan :
1.
Meningkatnya jumlah makanan yang
dimakan diluar rumah ( dalam kantin, resteurant, dll ), jika makan yang
dikelolah oleh pengusaha catering tercemar oleh bakteri penyebab kerancunan
pangan, sejumlah besar orang akan dirancuni.
2.
Pengusaha catering sekarang
menyiapakan lebih banyak variasi menu yang sering melakukan penyimpanan sajian
dalam kondisi yang tetap hangat, sampai diperlukan.
3.
Meningkatnya jumlah penjualan ” take
away meal “, makanan ini sering dipanaskan kembali dan mungkkin dipanasi lagi
di rumah pelanggan.
4.
Intensifikasi pertanian
mengakibatkan lebih banyak bahan pangan terkontaminasi oleh bakteri penyebab
keracunan makanan.
Bakteri yang sering menyebabkan
kerancunan makanan adalah :
1.
Oraganisme dari kelompok Salmonella
2.
Staphylococcus aureus
3.
Clostridium perfringens ( welchii )
4.
Bacillus cereus
5.
Vibrio parahaemolyticus
Terdapat tiga tipe utama keracunan
makanan karena bakteri:
1.
Tipe infektif yang disebabkan karena
memakan makanan yang mengandung sejumlah besar bakteri hidup. Stelah dimakan,
bakteri tersebut menetap dalam saluran pencernaan dan jika mati, mereka
melepaskan endotoksin ( misalnya kerasunan Salmonella ).
2.
Tipe keracunan yang disebabkan
karena memakan makanan yang ensotoksin. Toksin tersebut dilepaskan kemakanan
selama bakteri itu tumbuh dan memperbanyak diri dalam makanan. Bakteri
sendirinya sendiri mungkin mati jika makanan tersebut dimakan ( keracunan Staphylococcus
).
3.
Tipe ini disebabkan oleh toksin,
toksin ini tidak diproduksi didalam makanan, tetapi dilepaskan selama
pertumbuhannya didalam sallurang pencernaan, setelah bakteri tersebut dimakan (
misalnya keracunan Clostridium perfringes)
·
Tanda-tanda Kerancunan Makanan :
a)
lemas dan muntah
b)
mulas dan sakit perut
c)
Diare
d)
kadangkala demam dan kesejukan
e)
Sesak napas
f)
Koma
Puncak utama ialah makan makanan
yang :
·
Mengandungi toksin atau racun
semulajadi seperti setengah jenis kulat, cendawan, ‘shellfish’ dan sebagainya.
·
Tercemar oleh kuman yang erbahaya
·
Tercemar oleh bahan- bahan kimia
·
Tercemar oleh lalat, habuk dan
sebagainya
·
Cara-cara untuk mencegah keracunan
makanan seperti:
ü Basuh tangan
selepas ke tandas dan sebelum mengendali, menyedia dan menyentuh makanan.
ü Jangan ambil
makanan dengan tangan. Gunakanlah penceduk, garpu, sudu atau penyepit yang
bersih.
ü Gunakanlah
alat- alat yang bersih untuk menyediakan makanan. Jangan gunakan alat- alat
yang sama bagi makanan mentah dan yang dimasak.
ü Simpan atau
tudung makanan supaya terlindung dari lalat, serangga.
ü Simpan semua
bahan makanan yang mudah rosak seperti daging, ikan, ayam, sayur dan susu
didalam peti sejuk sehingga diperlukan.
2.7
Akibat Gizi Buruk
1. Menyebabkan kematian bila tidak
segera ditanggulangi oleh tenaga kesehatan.
2. Kurang cerdas.
3. Berat dan tinggi badan pada umur
dewasa lebih rendah dari normal.
4. Sering sakit infeksi seperti
batuk,pilek,diare,TBC,dan lain-lain.
2.8 Pencegahan Gizi
Buruk
1. Memberikan ASI eksklusif (hanya ASI)
sampai anak berumur 6 bulan. Setelah
itu, anak mulai
dikenalkan dengan makanan tambahan
sebagai pendamping ASI yang sesuai dengan tingkatan umur, lalu disapih setelah
berumur 2 tahun.
2. Anak diberi makanan yang bervariasi,
seimbang antara kandungan protein, lemak, vitamin dan mineralnya. Perbandingan
komposisinya untuk lemak minimal 10% dari total kalori yang dibutuhkan,
sementara protein 12% dan sisanya karbohidrat.
3. Rajin menimbang dan mengukur tinggi anak
dengan mengikuti program posyandu. Cermati apakah pertumbuhan anak sesuai
dengan standar di atas. Jika tidak sesuai, segera konsultasikan hal itu ke
dokter.
4. Jika anak dirawat
di rumah sakit karena
gizinya buruk, bisa ditanyakan kepada petugas pola dan jenis makanan yang
harus diberikan setelah pulang dari rumah sakit.
5. Jika anak menderita karena kekurangan gizi,
maka segera berikan kalori yang tinggi dalam bentuk karbohidrat, lemak, dan gula.
Sedangkan untuk proteinnya bisa diberikan setelah sumber-sumber kalori lainnya
sudah terlihat mampu meningkatkan energi anak.
Penanganan dini
sering kali membuahkan hasil yang baik. Pada kondisI yang sudah berat, terapi
bisa dilakukan dengan meningkatkan kondisi kesehatan secara umum. Namun,
biasanya akan meninggalkan sisa gejala kelainan fisik yang permanen dan akan
muncul masalah intelegensia di kemudian hari.
2.9 Masalah Gizi di Indonesia
Secara umum di Indonesia terdapat
dua masalah gizi utama
yaitu kurang gizi makro dan
kurang gizi mikro. Kurang gizi makro pada dasarnya merupakan gangguan kesehatan
yang disebabkan oleh kekurangan asupan energi dan protein. Masalah gizi makro adalah masalah gizi yang
utamanya disebabkan ketidakseimbangan antara kebutuhan dan asupan energi dan protein. Kekurangan
zat gizi makro
umumnya disertai dengan kekurangan zat gizi mikro.
Kesepakatan global dalam bidang
pangan dan gizi terutama World Summit for
Children 1990, international
Conference on Nutrition 1992 di Roma dan World Food Summit 1996 menetapkan sasaran program pangan dan
perbaikan gizi yang harus dicapai oleh semua negara. Sasaran global tersebut
sampai saat ini menjadi salah satu acuan pokok di dalam pembangunan program
pangan dan gizi di semua negara termasuk Indonesia. Pembangunan program pangan
dan gizi di Indonesia selam 30 tahun terakhir menunjukan hasil yang positif.
Analisis penyediaan pangan tahun 1999 secara makro disimpulkan bahwa persediaan
energi dan protein per kapita/hari masing-masing sebesar 2.890 Kkal dan 62,7 gram,
telah memenuhi kecukupan yang
dianjurkan. Masalah pangan baru terlihat pada tingkat konsumsi rumah tangga.
Data tahun 1998 menunjukan bahwa antara 49% sampai 53% rumah tangga di berbagai
daerah mengalami defisit energi (konsumsi < 70% kebutuhan energi).
Defisit pangan di tingkat rumah
tangga disertai distribusi pangan antar anggota keluarga yang tidak baik
didasari pengetahuan atau perilaku gizi
yang belum memadai berakibat munculnya masalah kurang gizi. Gambaran makro
perkembangan keadaan gizi masyarakat menunjukan kecenderungan yang sejalan.
Prevalensi kurang energi protein
pada balita turun dari 37,5% pada tahun 1989 menjadi 26,4% pada tahun 1999.
Penurunan serupa juga terjadi pada prevalensi masalah gizi lain. Prevalensi
gangguan akibat kurang yodium, kurang vitamin A, dan anemia gizi pada tahun
1998 masing-masing 9,8%, 0,3%, dan 50,9%. Dibandingkan dengan sasaran global
yang disepakati, keadaan gizi masyarakat di Indonesia masih jauh ketinggalan.
Sebagai contoh, pada tahun 2005 diharapkan terjadi penurunan prevalensi kurang
energi protein menjadi 20%, gangguan akibat kurang yodium menjadi 5%, anemnia
gizi menjadi 40%, dan bebas masalah kebutaan akibat kurang vitamin A.
Krisis ekonomi yang terjadi sejak
1997 semakin memperburuk keadaan gizi masyarakat. Selama krisis, ada
kecenderungan meningkatnya prevalensi gizi kurang dan gizi buruk terutama pada
kelompok umur 6-23 bulan. Munculnya kasus-kasus marasmus, kwashiorkor merupakan
indikasi adanya penurunan ketahanan pangan tingkat rumah tangga. Upaya untuk
mencegah semakin memburuknya keadaan gizi masyarakat di masa mendatang harus
dilakukan segera dan direncanakan sesuai masalah daerah sejalan dengan
kebijakan pemerintah dalam pelaksanaan desentralisasi.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Gizi buruk adalah status
kondisi seseorang yang kekurangan nutrisi, atau nutrisinya di bawah standar
rata-rata. Faktor yang menyebabkan gizi buruk ada tiga hal yaitu kemiskinan,
pendidikan rendah dan kesempatan kerja rendah. Ketiga hal itu mengakibatkan
kurangnya ketersediaan pangan di rumah tangga dan pola asuh anak keliru.
Di Indonesia, gizi buruk
pada balita tersebar hampir merata di seluruh propinsi. Kemiskinan dan
kekurangan akan gizi yang memadai pada tingkatan tertentu membatasi kemungkinan
untuk memperbaiki gizi jutaan penduduk yang menderita kurang pangan.
Sebaliknya, sungguh mengecewakan untuk melihat bahwa betapa seringnya
praktek-praktek budaya menimbulkan kekurangan kebutuhan dasar.
Kesadaran akan
praktek-praktek demikian dan pengetahuan tentang “hambatan-hambatan” yang harus
diatasi untuk dapat merubah mereka adalah sangat penting untuk membantu masyarakat
memaksimalkan sumber-sumber pangan yang tersedia bagi mereka. Di sinilah antropologi
memberikan sumbangan besar kepada ilmu gizi dalam lapangan penelitian danNpengajaran.
Gizi buruk
adalah bentuk terparah (akut), merupakan keadaan kurang gizi tingkat berat yang
disebabkan oleh rendahnya tingkat konsumsi energi dan protein dan makanan
sehari-hari dan terjadi dalam waktu yang cukup lama. Penyebab gizi buruk
terdiri dari penyebab langsung dan tidak langsung.
Penyebab
langsung, yaitu kurangnya asupan gizi dari makanan, akibat
terjadinya penyakit yang
mengakibatkan infeksi. Sedangkan
penyebab tidak langsungnya yaitu ketahanan
pangan keluarga yang kurang memadai, pola pengasuhan anak kurang memadai, pelayanan
kesehatan dan lingkungan kurang memadai. Tipe gizi buruk terdiri dari
marasmus, kwashiorkor, marasmic-kwashiorkor.
3.2 Saran
Ketidakseriusan pemerintah terlihat jelas ketika penanganan kasus gizi
buruk terlambat. Seharusnya penanganan pelayanan kesehatan dilakukan disaat
penderita gizi buruk belum mencapai tahap membahayakan. Setelah kasus gizi
buruk merebak barulah pemerintah melakukan tindakan (serius). Keseriusan
pemerintah tidak ada artinya apabila tidak didukung masyarakat itu sendiri.
Sebab, perilaku masyarakat yang sudah membudaya selama ini adalah,anak-anak
yang menderita penyakit kurang mendapatkan perhatian orang tua. Anak-anak itu
hanya diberi makan seadanya, tanpa peduli akan kadar gizi dalam makanan yang
diberikan. Apalagi kalau persediaan pangan keluarga sudah menipis.
Tanpa data dan informasi yang cermat dan lengkap sebaiknya jangan terlalu
cepat menyimpulkan bahwa adanya gizi buruk identik dengan kemiskinan. Dan
seharusnya para ibu mengupayakan sesuatu yang terbaik untuk anaknya yang
nantinya anak tersebut dapat menolong sang ibu.
Diperlukan terobosan -
terobosan baru yang dapat menangulangi masalah gizi buruk hingga ke
akar-akarnya. Oleh karena itu departemen kesehatan juga harus bekerja sama
dengan berbagai pihak untuk mengatasi masalah kemiskinan, pendidikan rendah, dan
kesempatan kerja rendah. Selain itu, anak-anak Indonesia harus lebih
bersungguhsungguh belajar dengan tekun, agar Indonesia lebih maju
DAFTAR PUSTAKA
Berg, alan. 1985. Peranan Gizi
Dalam Pembangunan Nasional. CV. Rajawali. Jakarta.
Budianto, MAK. 2001. Dasar-dasar
Ilmu Gizi. UMM Press. Malang.
DepKes R.I.1991. Informasi
tentang Peranan Pembangunan Kesehatan dalam Peningkatan Kualitas Sumber Daya
Manusia. Pusat Penyuluhan Kesehatan Masyarakat.
Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI).
Malnutrisi energi protein. Dalam : Standar Pelayanan Medis Kesehatan Anak.
Edisi I. Jakarta : 2004 ; 217-222
Magdalena, Dr. 2005. Sedikitnya
95 Balita di Jabar Menderita Busung Lapar. Kompas. Bandung.
www.google.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar