Jumat, 05 Oktober 2012

Sterilisasi


KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, akhirnya penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktunya. Makalah yang berjudul Sterilisasi dan Disinfeksi ini dibebankan kepada penulis, yaitu mahasiswi Kebidanan Semester IV yang mana merupakan penugasan yang harus diselesaikan untuk memenuhi penugasan oleh Dosen. Tidak lupa juga saya ucapkan terima kasih kepada teman-teman yang telah mendukung saya dalam menyelesaikan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa makalah yang saya selesaikan ini masih jauh dari sempurna, untuk itu saya mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca, demi penyempurnaan makalah ini.
Akhir kata saya mengucapkan banyak terima kasih. Dan semoga makalah saya ini dapat memberikan pengetahuan kepada mahasiswi dan masyarakat.





Medan, Agustus 2012

Penulis











i
 
 
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Banyak penyakit yang mengganggu kelangsungan hidup masyarakat banyak. Penyakit-penyakit ini bukan hanya muncul dikarenakan keteledoran daripada si pengidap itu sendiri. Melainkan juga dari lingkungan luar yang ada di sekitarnya. Biasanya para pasien yang ada di rumah sakit paling gampang tertular dengan berbagai macam penyakit yang dapat membahayakan bagi kehidupannya sendiri. Ada berbagai macam alasan mengapa para pasien yang seharusnya mendapatkan kesembuhan justru malah mengidap penyakit lain. Hal ini di karenakan oleh keadaan rumah sakit yang tidak memenuhi standar kebersihan, sehingga penyakit lebih mudah masuk. Biasanya juga para pasien justru tertular dari perawat yang seharusnya melindungi pasien. Banyaknya bukti nyata keteledoran para juru rawat ini, menjadikan kita harus mawas diri terhadap semua hal yang dapat mengancam keselamatan kita. Hal-hal semacam ini dapat mengurangkan kepercayaan pasien kepada kita sebagai pelaku kesehatan. Tidak terkecuali dalam dunia kebidanan.
Dalam dunia kebidanan pun sering kali terjadi insiden pasien yang tertular penyakit ataupun sebaliknya, bidan yang di tulari penyakit oleh si pasien. Untuk mencegah hal-hal yang membahayakan seperti ini, maka perlu di ambil langkah-langkah pencegahan. Dan dua hal utama yang harus dilakukan adalah sterilisasi dan disinfeksi. Kedua hal ini dapat mengurangi risiko penularan penyakit dari si pasien ke bidan ataupun dari bidan kepada pasien.
Dalam bekerja menciptakan lingkungan bebas infeksi, yang penting dan rasional adalah melakukan setiap proses pencegahan infeksi yang dianjurkan dan keterbatasannya. Proses pencegahan infeksi dasar yang dianjurkan untuk menurunkan tranmisi penyakit dari instrument yang kotor, sarung tangan bedah dan barang-barang lain yang dipakai kembali adalah dekontaminasi, sterilisasi atau desinfeksi tingkat tinggi (DTT).



1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari pada makalah ini yaitu:
Ø  Untuk mengetahui pengertian dari sterilisasi dan disinfeksi
Ø  Untuk mengetahui efektivitas dari sterilisasi dan disinfeksi
Ø  Untuk mengetahui peranan tenaga kesehatan dalam sterilisasi dan disinfeksi
Ø  Untuk menambah wawasan
Ø  Untuk menambah pengetahuan tentang sterilisasi dan disinfeksi dalam dunia kebidanan

1.3 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, masalah masalah yang dibahas dapat dirumuskan sebagai berikut:
ü  Bagaimana pengertian dari sterilisasi dan disinfeksi ?
ü  Bagaimana efektivitas dari sterilisasi dan disinfeksi ?
ü  Peranan tenaga kesehatan dalam sterilisasi dan disinfeksi ?
ü  Apa manfaat yang didapat dengan melakukan sterilisasi dan disinfeksi?















BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1  Pengertian Sterilisasi dan Disinfeksi
Sterilisasi adalah suatu usaha untuk membebaskan alat atau bahan dari segala macam bentuk kehidupan terutama mikroba. Steril artinya bebas dari segala mikroba baik pathogen maupun tidak. Sterilisasi menurut James G. Cappucino,
“Sterility is the hallmark for succesfull work in the microbiology laboratory. To achieve this, it is mandatory that sterile equipments and sterile techniques areused. Sterilization is the process of rendering a medium or material free of all  forms of life”
“Sterilisasi merupakan tanda untuk keberhasilan bekerja didalam laboratorium mikrobiologi. Untuk mencapai ini, peralatan dan teknik yang digunakan haruslah steril. Sterilisasi menjadi proses dalam menyumbangkan suatu material atau medium bebas dari semua format hidup” (Cappucino, James G.52-53)
Sterilisasi merupakan suatu proses yang bertujuan untuk menghilangkan dan membinasakan semua alat dan media dari gangguan organisme mikroba, termasuk virus, bakteria dan spora dan fungi beserta sporanya. Sterilisasi merupakan suatu metode atau cara yang digunakan untuk mengeliminasi semua mikroorganisme.
Dekontaminasi adalah menghilangkan mikroorganisme patogen dan kotoran dari suatu benda sehingga aman untuk pengelolaan selanjutnya dan dilakukan sebagai langkah pertama bagi pengelolaan alat kesehatan bekas pakai atau pengelolaan pencemaran lingkungan juga sebagai langkah pertama pengelolaan limbah yang tidak dimusnahkan dengan cara insimirasi atau pembakaran denganalat insimirator (Bahar, 2009)
Disinfektan adalah bahan kimia yang digunakan untuk mencegah terjadinya infeksi atau pencemaran jasad renik seperti bakteri dan virus, juga untuk membunuh atau menurunkan jumlah mikroorganisme atau kuman penyakit lainnya. Disinfektan digunakan untuk membunuh mikroorganisme pada benda mati.
2.2 Efektifitas dari Sterilisasi dan Disinfeksi
Agar efektif, sterilisasi butuh waktu, kontak, suhu dan dangan sterilisasi uap, bertekanan tinggi. Efektivitas setiap metode sterilisasi bergantung pada 4 faktor lainnya sebagai berikut:
      Jenis mikroorganisme yang ada. Sebagian mikroorganisme sangat sulit dibunuh. Sebagian lainnya dapat dengan mudah dibunuh.
      Jumlah mikroorganisme yang ada. Lebih mudah membunuh satu organisme dari pada yang banyak.
      Jumlah dan jenis materi organik yang melindungi mikroorganisme tersebut. Darah atau jaringan yang menempel pada alat – alat yang kurang bersih berfungsi sebagai pelindung mikroorganisme selama proses sterilisasi.
      Jumlah retakan dan celah pada peralatan tempat menempel mikroorganisme. Mikroorganisme berkumpul didalam dan dilindungi oleh goresan, retakan dan celah, seperti jepitan yang bergerigi tajam dari cunam jaringan. Akhirnya, tanpa pembersihan yang teliti untuk membuang sisa bahan organik yang melindungi mikroorganisme selama proses sterilisasi pada alat – alat, tidak akan dapat menjamin tercapainya sterilisasi, walaupun waktu sterilisasi diperpanjang.
Umumnya semua bakteria vegetatif akan mati pada uap panas 60-75 ºC dalam 10 menit. Suhu tertinggi yang dapat dicapai oleh air mendidih atau uap tekanan rendah adalah 100 ºC pada permukaan laut. karena titik didih air 1,1 ºC lebih rendah pada setiap 1000 kaki dari permukaan laut.
Sebaiknya merebus / mengukus alat untuk DTT (Disinfeksi Tingkat Tinggi) sekurang-kurangnya 20 menit. Dengan ini dapat di capai batas keamanan untuk ketinggian yang bervariasi sampai 5.500 m dan pada waktu bersamaan dapat mengeliminasi infeksi dari beberapa endospora setelah dilakukan sterilisasi.






BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Sterilisasi
Semua bahan dan alat kesehatan maupun praktikum harus dalam keadaan steril. Sterilisasi adalah suatu tindakan untuk membunuh kuman pathogen dan apatogen beserta sporanya pada peralatan kesehatan dengan cara merebus, stoom, panas tinggi, atau menggunakan bahan kimia. Sterilisasi alat kesehatan merupakan hal yang sangat penting untuk mencegah terjadinya infeksi ketika peralatan tersebut digunakan.

3.1.1 Jenis Peralatan kesehatan yang dapat disterilkan :
  1. Peralatan kesehatan yang terbuat dari logam, misalnya pinset, gunting, speculum dan lain-lain.
  2. Peralatan kesehatan yang terbuat dari kaca, misalnya semprit (spuit), tabung kimia dan lain-lain.
  3. Peralatan kesehatan yang terbuat dari karet, misalnya, kateter, sarung tangan, pipa penduga lambung, drain dan lain-lain.
  4. Peralatan kesehatan yang terbuat dari ebonit, misalnya kanule rectum, kanule trachea dan lain-lain.
  5. Peralatan kesehatan yang terbuat dari email, misalnya bengkok (nierbekken), baskom dan lain-lain.
  6. Peralatan kesehatan yang terbuat dari porselin, misalnya mangkok, cangkir, piring dan lain-lain.
  7. Peralatan kesehatan yang terbuat dari plastik, misalnya slang i8nfus dan lain-lain.
  8. Peralatan kesehatan yang terbuat dari tenunan, misalnya kain kasa, tampon, doek operasi, baju, sprei, sarung bantal dan lain-lain.





3.1.2 Pelaksanaan sterilisasi alat kesehatan :
·    Teknik sterilisasi alat kesehatan dengan cara rebus
Mensterikan Peralatan kesehatan dengan cara merebus didalam air sampai mendidih ( 100ᵒC ) dan ditunggu antara 15 sampai 20 menit. Misalnya Peralatan kesehatan dari logam, kaca dan karet.
·    Teknik sterilisasi alat kesehatan dengan cara stoom
Mensterikan Peralatan kesehatan dengan uap panas didalam autoclave dengan waktu, suhu dan tekanan tertentu. Misalnya alat tenun, obat-obatan dan lain-lain.
·    Teknik sterilisasi alat kesehatan dengan cara panas kering
Mensterikan Peralatan kesehatan dengan oven dengan uap panas tinggi. Misalnya Peralatan kesehatan logam yang tajam, Peralatan kesehatan dari kaca dan obat tertentu.
·    Teknik sterilisasi alat kesehatan dengan cara menggunakan bahan kimia
Mensterikan Peralatan kesehatan dengan menggunakan bahan kimia seperti alkohol, sublimat, uap formalin, khususnya untuk Peralatan kesehatan yang cepat rusak bila kene panas. Misalnya sarung tangan, kateter, dan lain-lain.

Perhatian :
(1)Sterilisator harus dalam keadaan siap pakai.
(2)Peralatan harus bersih dan masigh berfungsi.
(3)Peralat yang dibungkus harus diberi label yang dengan jelas mencantumkan : nama, jenis peralatan, tanggal dan jam disterilkan.
(4)Menyusun peralatan didalam sterilisator harus sedemikian rupa, sehingga seluruh bagian dapat disterilkan.
(5)Waktu yang diperlukan untuk mensterilkan setiap jenis peralatan harus tepat (dihitung sejak peralatan disterilkan).
(6)Dilarang memasukkan atau menambahkan peralatan lain kedalam sterilisator, sebelum waktu untuk mensterilkan selesai.
(7)Memindahkan peralatan yang sudah steril ketempatnya harus dengan korentang steril.
(8)Untuk mendinginkan peralatan steril dilarang membuka bungkus maupun tutupnya.
(9)Bila peralatan yang baru disterilkan terbuka, peralatan tersebut harus disterilkan kembali.

3.1.3 Metode Sterilisasi
Ada dua cara dalam metode sterilisasi yang dikelompokkan menjadi:
  • Metode fisik, yang meliputi:
    1. Metode sterilisasi panas (kering, basah) contohnya: Oven, Incenerator, Dibakar, Direbus, Pasteurisasi, Autoclave steam.
    2. Metode sterilisasi radiasi. Contohnya: Ultra Violet (UV), Sinar Gama.
    3. Metode sterilisasi filtrasi
  • Metode kimia, antara lain:
    1. Metoda sterilisasi dingin (perendaman). Contohnya: Filter (HEPA).
    2. Metoda sterilisasi gas.

Sterilisasi Secara Fisik, terdiri dari:
§  Metode Pemanasan basah
http://melileabekasi.files.wordpress.com/2012/01/sterilisator-basah-steam-sterilizer-rebus-42cm-standard.jpg?w=150&h=150
Pemanasan basah adalah sterilisasi panas yang digunakan bersama-sama dengan uap air. Pemanasan basah biasanya dilakukan didalam autoklaf atau aterilisator uap yang mudah diangkat dengan menggunakan uap air jenuh bertekanan pada suhu 1210C selama 15 menit (Hadioetomo, 1985). Selain itu, autoklaf juga dapat diterapkan pada suhu 134oC selama 3 menit, 126oC selama 10 menit, dan 115oC selama 25 menit. Cara pemanasan basah dapat membunuh jasad renik atau mikroorganisme terutama karena panas basah dapat menyebabkan denaturasi protein, termasuk enzim-enzim didalam sel (Fardiaz, 1992).

§  Metode pemanasan secara kering
http://melileabekasi.files.wordpress.com/2011/12/sterilisator-kering-1-pintu-28-liter-rtp28a-300w.jpg?w=200&h=200&h=200
Dibandingkan pemanasan basah, pemanasan kering kurang efisien dan membutuhkan suhu yang lebih tinggi serta waktu lama untuk sterilisasi. Hal ini disebabkan karena tanpa kelembaban maka tidak ada panas laten (Hadioetomo, 1985). Pemanasan kering dapat menyebabkan dehidrasi sel dan oksidasi komponen-komponen di dalam sel (Fardiaz, 1992).
Keuntungan dari pemanasan kering adalah tidak adanya uap air yang membasahi bahan atau alat yang disterilkan, selain itu peralatan yang digunakan untuk sterilisasi uap kering lebih murah dibandingkan uap basah (Lay dan Hastowo, 1992). Pemanasan kering sering dilakukan dalam sterilisasi alat-alat gelas di laboratorium, dimana menggunakan oven dengan suhu 160-1800C selama 1,5-2 jam dengan sistem udara statis (Fardiaz, 1992).

§  Metode Pemanasan bertahap
Pemanasan bertahap dilakukan bila media atau bahan kimia tahan terhadap uap 1000C (Lay dan Hastowo, 1992). Pemanasan bertahap (tindalisasi) dilakukan dengan cara memanaskan medium atau larutan menggunakan uap selama satu jam setiap hari untuk tiga hari berturut-turut. Waktu inkubasi diantara dua proses pemanasan sengaja diadakan supaya spora dapat bergerminasi menjadi sel vegetatif sehingga mudah dibunuh pada pemanasan berikutnya (Fardiaz, 1992).



§  Metode incineration (pembakaran langsung).
Alat-alat platina, khrome yang akan disteril dapat dilakukan melalui pembakaran  secara langsung pada nyala lampu bunzen hingga mencapai inerah padam. Hanya saja dalam proses pembakaran langsung ini alat-alat tersebut lama kelamaan menjadi rusak. Keurtungannya: mikroorganisme akan hancur semuanya.

§  Metode Perebusan
Perebusan adalah pemanasan didalam air mendidih atau uap air pada suhu 1000C selama beberapa menit (Fardiaz,1992). Pada suhu ini sel vegetatif dimatikan, sedang spora belum dapat dihilangkan (Lay dan Hastowo, 1992).
Beberapa bakteri tertentu tahan terhadap suhu perebusan ini, misalnya Clostridium perfringens dan Clostridium botulinum tetap hidup meskipun direbus selama beberapa jam (Lay dan Hastowo, 1992)

§  Metode penyaringan (filtration)
Penyaringan adalah proses sterilisasi yang dilakukan pada suhu kamar. Sterilisasi dengan penyaringan digunakan untuk bahan yang peka terhadap panas misalnya serum, urea dan enzim (Lay dan hastowo, 1992). Dengan cara penyaringan larutan atau suspensi dibebaskan dari semua organisme hidup dengan cara melakukannya lewat saringan dengan ukuran pori yang sedemikian kecilnya sehingga bakteri dan sel-sel yang lebih besar tertahan diatasnya, sedangkan filtratnya ditampung didalam wadah yang steril (Hadioetomo,1985). Namun demikian, virus tidak dapat terpisah dengan penyaringan semacam ini. Oleh karena itu, setelah penyaringan, medium masih perlu dipanasi dalam autoklaf, meskipun tidak selama 15 menit dan dengan suhu 121oC.

§  Metode Radiasi ionisasi
Radiasi ionisasi adalah radiasi yang mengandung energi yang jauh lebih tinggi dari pada sinar ultraviolet. Oleh karena itu mempunyai daya desinfektan yang lebih kuat. Salah satu contoh radiasi ionisasi adalah sinar gamma yang dipancarkan dari kobalt-10 (Fardiaz, 1992). Radiasi dengan sinar gama dapat menyebabkan ion bersifat hiperaktif (Lay dan Hastowo, 1992).

§  Metode Radiasi sinar ultra violet
Sinar ultra violet dengan panjang gelombang yang pendek memiliki daya antimikrobial yang sangat kuat. Daya kerjanya adalah absorbsi oleh asam nukleat tanpa menyebabkan kerusakan pada permukaan sel. Kerusakan tersebut dapat diperbaiki bila disinari dengan berkas yang mempunyai gelombang yang lebih panjang (Lay dan Hastowo, 1992).

§  Metode kimia
Menurut Lay dan Hastowo (1992), bahan yang menjadi rusak bila disterilkan pada suhu yang tinggi dapat disterilkan secara kimiawi dengan menggunakan gas. Bahan kimia yang sering digunakan antara lain :
1) Alkohol, daya kerjanya adalah mengkoagulasi protein. Cairan alkohol yang umum digunakan berkonsentrasi 70-80 % karena konsentrasi yang lebih tinggi atau lebih rendah kurang efektif.
2) Khlor, Gas khlor dengan air akan menghasilkan ion hipokloride yang akan mengkoagulasikan protein sehingga membran sel rusak dan terjadi inaktivasi enzim.
3) Yodium, daya kerjanya adalah bereaksi dengan tyrosin, suatu asam amino dalam emzim atau protein mikroorganisme. Antiseptik berbasis iodium tidak tepat bila digunakan pada sterilisasi alat medis atau gigi, karena dapat meninggalkan noda.
4) Formaldehida 8 % merupakan konsentrasi yang cukup ampuh untuk mematikan sebagian besar mikroorganisme. Daya kerjanya adalah berkaitan dengan amino dalam protein mikrobia. Bahan ini bekerja secara lambat dan memerlukan tingkat kelembaban relative sekitar 70%. Formaldehide biasa dijual dalam bentuk polimer padat paraformaldehide dalam bentuk flakes atau tablet atau dalam bentuk formalin.
5) Glutaraldehide, bahan ini bersifat non korosif dan bekerja lebih cepat daripada formaldehid, hanya diperlukan beberapa jam untuk membunuh bakteri. Bahan ini aktif melawan bakteri vegetatif, spora, jamur, virus yang mengandung lipid maupun yang tidak.
6) Gas etilen oksida, gas ini digunakan terutama untuk mensterilkan bahan yang dibuat dari plastik.
7) Natrium diklorososianurat, bahan ini berbentuk bubuk, berisi 60% klor. Diterapkan pada tumpahan darah atau cairan yang bersifat memiliki bahaya biologi lain selama 10 menit baru kemudian dilanjutkan dengan pembersihan yang lebih lanjut.
8) Kloramina, bahan ini berbentuk serbuk berisi 25% klor, dan hamper tidak berbau. Bahan ini dapat digunakan untuk membasmi kuman air pada minuman. Ketika digunakan pada konsentrasi akhir dengan hanya mengandung 1-2 mg/L klor.
9) Klor dioksida, bahan ini adalah sebuah germisida kuat dan bekerja secara cepat. Bahan aktif ini didapat dengan cara mereaksikan asam klorida dengan natrium hipoklorit.
10) Senyawa fenolik, senyawa ini aktif melawan bakteri vegetatif dan virus lipid, namun tidak aktif dalam melawan spora. Senyawa ini biasanya berupa Triklosan dan Klorosilenol yang biasa digunakan sebagai antiseptik.
11) Senyawa Amonium Kuartener, banyak digunakan sebagai campuran dan juga dikombinasikan dengan germisida lain, seperti alkohol.
12) Hidrogen peroksida dan peracis, merupakan oksidan kuat dan germisida efektif yang berspektrum luas. Bahan ini dinilai lebih aman bagi manusia dan lingkunagn daripada klor.

3.1.4 Peran Bidan dalam Sterilisasi
      Sterilisasi adalah suatu tindakan yang dilakukan untuk menghilangkan semua mikroorganisme (bakteri, jamur, parasit dan virus) termasuk endospora bakteri pada benda mati ataupun instrument yang digunakan dengan cara uap air tekanan tinggi (otoklaf), panas kering (oven), sterilan kimia atau radiasi. Sterilisasi ini dilakukan bukan hanya bertujuan untuk menjaga keselamatan pasien tetapi juga untuk menjaga keselamatan diri sendiri sebagai petugas kesehatan. Apalagi bagi seorang bidan, tentu saja alat-alat yang digunakan harus selalu terhindar dari mikroorganisme yang mengancam keselamatan jiwa dan nyawa sang pasien.

3.2 Desinfeksi
Disinfeksi adalah membunuh mikroorganisme penyebab penyakit dengan bahan kimia atau secara fisik, hal ini dapat mengurangi kemungkinan terjadi infeksi dengan jalam membunuh mikroorganisme patogen.
Disinfeksi dilakukan apabila sterilisasi sudah tidak mungkin dikerjakan, meliputi : penghancuran dan pemusnahan mikroorganisme patogen yang ada tanpa tindakan khusus untuk mencegah kembalinya mikroorganisme tersebut. Alternatif yang sering dilakukan adalah dengan cara DTT (Disinfeksi Tingkat Tinggi)
3.2.1 Sepuluh kriteria suatu desinfektan dikatakan ideal, yaitu :
1.      Bekerja dengan cepat untuk menginaktivasi mikroorganisme pada suhu kamar
2.      Aktivitasnya tidak dipengaruhi oleh bahan organik, pH, temperatur dan kelembaban
3.      Tidak toksik pada hewan dan manusia
4.      Tidak bersifat korosif
5.      Tidak berwarna dan meninggalkan noda
6.      Tidak berbau/ baunya disenangi
7.      Bersifat biodegradable/ mudah diurai
8.      Larutan stabil
9.      Mudah digunakan dan ekonomis
10.  Aktivitas berspektrum luas

3.2.2 Cara Melakukan Desinfeksi
Adapun beberapa cara melakukan DTT diantaranya dengan cara:

a. DTT dengan Cara Merebus

  • Gunakan panci dengan penutup yang rapat
  • Ganti air setiap kali mendesinfeksi peralatan
  • Rendam peralatan di dalam air sehingga semuanya terendam air
  • Mulai panaskan air
  • Mulai hitung waktu saat air mendidih
  • Jangan tambahkan benda apapun kedalam air mendidih setelah penghitungan waktu dimulai
    • Rebus selama 20 menit
    • Catat lama waktu perebusan peralatan di dalam buku khusus
    • Biarkan peralatan kering dengan cara diangin-anginkan sebelum digunakan
pengukus peralatan medis

b.   Disinfeksi Tingkat Tinggi Sarung Tangan dengan Menggunakan Uap Air

Setelah sarung tangan didekontaminasi dan dicuci, maka sarung tangan ini siap untuk DTT menggunakan uap panas (jangan ditaburi dengan bubuk talk)
  • Gunakan panci perebus dengan tiga susun nampan kukus
  • Gulung bagian atas sarung tangan sehingga setelah DTT selesai sarung tangan dapat dipakaikan tanpa membuat terkontaminasi baru
  • Letakkan sarung tangan pada nampan pengukus yang berlubang di bawahnya. Agar mudah dikeluarkan dari bagian atas nampan pengukus, letakkan 5-15 pasang sarung tangan dengan bagian jarinya mengarah ke tengah nampan. Agar proses DTT berjalan efektif, harap perhatikan jumlah maksimal sarung tangan dalam satu nampan (tergantung dari diameter nampan)
  • Ulangi proses tersebut hingga semua nampan pengukus terisi sarung tangan. Susun tiga nampan pengukus di atas panci perebus yang berisi air. Letakkan sebuah panci perebus kosong di sebelah kompor
  • Letakkan penutup di atas nampan pengukus paling atas dan panaskan air hingga mendidih. Jika air mendidih perlahan, hanya sedikit uap air yang dihasilkan dan suhunya mungkin tidak cukup tinggi untuk membunuh mikroorganisme. Jika air mendidih terlalu cepat, air akan menguap dengan cepat dan ini merupakan pemborosan bahan bakar
  • Jika uap mulai keluar dari celah-celah di antara panci pengukus, mulailah perhitungan waktu. Catat pengukusan sarung tangan dalam buku khusus
  • Kukus sarung tangan selama 20 menit, buka tutup panci dan letakkan dalam posisi terbalik
  • Angkat nampan pengukus paling atas yang berisi sarung tangan dan goyangkan perlahan-lahan agar air yang tersisa pada sarung tangan dapat menetes keluar
  • Letakkan nampan pengukus di atas panci perebus yang kosong di sebelah kompor
  • Ulangi langkah tersebut hingga semua nampan pengukus yang berisi sarung tangan tersusun di atas panci perebus yang kosong. Letakkan penutup di atasnya agar sarung tangan menjadi dingin dan kering tanpa terkontaminasi (tuang air perebus ke dalam wadah DTT)
"Ingat: Jangan menempatkan nampan pengukus berlubang yang berisi sarung tangan di atas meja atau tempat lain karena sarung tangan dapat terkontaminasi oleh cemaran dari luar melalui lubang bawah nampan”
  • Biarkan sarung tangan kering dengan diangin-anginkan sampai kering di dalam nampan selama 4-6 jam. Jika diperlukan segera, biarkan sarung tangan menjadi dingin selama 5-10 menit dan kemudian gunakan dalam waktu 30 menit pada saat masih basah atau lembab (setelah 30 menit bagian jari sarung tangan akan menjadi lengket dan membuat sarung tangan sulit dipakai atau digunakan)
  • Jika sarung tangan tidak akan dipakai segera, setelah kering gunakan penjepit atas pinset disinfeksi tingkat tinggi untuk memindahkan sarung tangan. Letakkan sarung tangan tersebut dalam wadah disinfeksi tingkat tinggi lalu tutup rapat (sarung tangan bisa disimpan di dalam panci pengukus yang berpenutup rapat). Sarung tangan tersebut bisa disimpan sampai satu minggu.


c.    DTT Kimiawi

Bahan kimia yang dianjurkan untuk DTT adalah klorin dan glutaraldehid (Cidex®). Alkohol, iodine dan indofor tidak digolongkan sebagai disinfektan tingkat tinggi). Alkohol tidak membunuh virus dan spesies pseudomonas bisa tumbuh dalam larutan iodine. Larutan-larutan tersebut hanya boleh digunakan sebagai disinfektan jika disinfektan yang dianjurkan tidak tersedia. Lysol®, Karbol® dan Densol® (asam karbolik 5% atau fenol 1-2%) digolongkan sebagai disinfektan tingkat rendah dan tidak dapat digunakan untuk dekontaminasi atau proses DTT. Tablet formalin hanya efektif dalam suhi tinggi dan dalam bentuk gas jenuh, Penggunaan tablet formalin sangat tidak dianjurkan. Meletakkan tablet bersama sarung tangan, bahan-bahan atau perlengkapan dalam botol kaca yang tertutup tidak akan bekerja secara efektif. Formaldehid (formalin) merupakan bahan karsinogenik sehingga tidak boleh lagi digunakan sebagai disinfektan.
Larutan disinfektan tingkat tinggi yang selalu tersedia dan tidak mahal adalah klorin. Karena larutan klorin bersifat korosif dan proses DTT memerlukan perendaman selama 20 menit makan peralatan yang sudah didisinfeksi tingkat tinggi secara kimiawi harus segera dibilas dengan air matang.
Langkah-langkah kunci pada disinfeksi tingkat tinggi secara kimia termasuk:
  • Letakkan peralatan dalam keadaan kering (sudah didekontaminasi dan cuci bilas) ke dalam wadah dan tuangkan desinfektan
“Ingat:
Jika peralatan basah sebelum direndam dalam larutan kimia maka akan terjadi pengenceran larutan tersebut sehingga dapat mengurangi daya kerja atau efektifitasnya”
  • Pastikan peralatan terendam seluruhnya dalam larutan kimia
  • Rendam peralatan terendam seluruhnya dalam larutan kimia
  • Rendam peralatan selama 20 menit
  • Catat lama waktu peralatan direndam dalam larutan kimia di buku khusus
  • Bilas peralatan dengan air matang dan angin-anginkan sampai kering di wadah disinfeksi tingkat tinggi yang berpenutup
  • Setelah kering, peralatan dapat segera digunakan atau disimpan dalam wadah disinfeksi tingkat tinggi berpenutup rapat.
DTT kateter secara kimiawi:
  • Persiapkan larutan klorin 0,5%
  • Pakai sarung tangan lateks atau sarung tangan rumah tangga pada kedua tangan
  • Letakkan kateter yang sudah dicuci dan dikeringkan dalam larutan klorin. Gunakan tabung suntik steril atau DTT untuk membilas bagian dalam kateter dengan menggunakan larutan klorin. Ulangi pembilasan rendam kateter dengan karutan desinfektantiga kali. Pastikan kateter terendam dalam larutan
  • Biarkan kateter terendam selama 20 menit
  • Gunakan tabung suntik steril atau DTT untuk membilas kateter dengan air DTT
  • Kateter dikeringkan dengan cara diangin-anginkan dan setelah ini dapat segera digunakan atau disimpan dalam wadah DTT yang bersih
“Ingat:
Selalu ikuti prinsip-prinsip pemrosesan peralatan yang benar. Sebelum menggunakan kembali benda atas peralatan yang terkontaminasi, lakukan:
  1. Dekontaminasi
  2. Cuci, bilas dan keringkan jika perlu
  3. Sterilisasi atau disinfeksi tingkat tinggi
  4. Gunakan segera atau simpan dalam wadah yang sesuai”

3.2.3 Peran Bidan dalam Disinfeksi
Disinfeksi adalah suatu kegiatan yang dilakukan untuk membunuh partikel virus yang ada di tubuh hospes ataupun benda-benda yang melekat di badan hospes. Disinfeksi ini sangat aman untuk menjaga keselamatan diri dan juga keselamatan pasien. Tindakan disinfeksi hanya merupakan salah satu bagian dari tindakan biosekuriti dalam upaya pemutusan tali rantai penularan penyakit atau penuluaran agen penyakit (virus). Sedangkan untuk kunci pencegahan adalah ada pada diri manusia itu sendiri. Disinfeksi merupakan alternatif pertama untuk tindakan preventif atau pencegahan.
Disinfeksi biasa dilakukan dengan menggunakan bahan-bahan kimia. Dan bahan-bahan yang digunakan itu disebut disinfektan. Disinfektan biasa didefenisikan sebagai bahan kimia atau pengaruh fisika yang digunakan untuk mencegah terjadinya infeksi atau pencegah jasad renik seperti bakteri dan virus.
Disinfektan juga digunakan untuk membunuh atau menurunkan jumlah mikroorganisme atau kuman penyakit lainnya. Bahan disinfektan dapat digunakan untuk pembersihan pada tangan, lantai, ruangan, dan pakaian. Bahan-bahan desinfektan banyak kita temukan di apotik-apotik umum, akan tetapi beberapa konsumen kadang belum mengerti dengan apa yang terkandung di dalam bahan desinfeksi tersebut. Padahal bahan kimia tertentu merupakan zat aktif dalam proses desinfeksi dan sangat menentukan efektivitas dan fungsi serta target mikroba atau mikroorganisme yang akan dimatikan nantinya.
Beda halnya dengan sterilisasi, disinfeksi dapat dilakukan pada  alat dan manusia yang dianggap dapat menyebarkan virus, sedangkan sterilisasi hanya dapat dilakukan pada alat-alat yang digunakan untuk melaksanakan pemeriksaan pada pasien. Desinfektan juga dapat disebut sebagai antiseptic, tetapi tidak semua bahan desinfektan dapat digolongkan kedalam bahan antiseptic karena adanya batasan dalam penggunaan antiseptic. Bahan antiseptic tersebut harus memiliki sifat tidak merusak jaringan tubuh atau tidak bersifat keras. Dalam proses desinfeksi sebenarnya dikenal dua cara, yaitu cara fisik(pemanasan) dan cara kimia(penambahan bahan kimia).
Banyak bahan kimia yang dapat berfungsi sebagai desinfektan, tetapi umumnya dikelompokkan ke dalam golongan aldehid atau golongan pereduksi, golongan alcohol, golongan halogen, golongan fenol dan fenol terhalogenasi, golongan garam amonium kuarterner, golongan pengoksidasi dan golongan biquanida.
Hampir semua bahan kimia dapat digunakan sebagai desinfektan. Bahan kimia golongan aldehid yang sering digunakan yaitu formaldehid, glutaraldehid, dan glikoksial. Golongan aldehid ini bekerja denga cara denaturasi dan umum digunakan dalam campuran air dengan konsentrasi 0,5%. Pada prinsipnya golongan aldehid ini dapat digunakan dengan spectrum aplikasi yang luas, misalkan formaldehid digunakan untuk membunuh mikroorganisma dalam ruangan, peralatan dan lantai, sedangkan glutaraldehid digunakan untuk membunuh virus..
Golongan alkohol adalah golongan yang paling banyak digunakan selain golongan aldehid. Beberapa bahan diantaranya adalah etanol, propanol dan isopropanol. Golongan alcohol bekerja dengan mekanisme denaturasi serta berdaya aksi dalam rentang detik hingga menit dan untuk virus diperlukan waktu diatas 30menit. Penggunaan pada proses desinfeksi adalah untuk permukaan yang kecil, tangan dan kulit. Adapun keunggulan alcohol ini adalah sifatnya yang stabil, tidak merusak material, dapat dibiodegradasi, kadang cocok untuk kulit.
Dalam dunia kebidanan, bahan kimia yang paling sering digunakan untuk melakukan disinfeksi pada alat-alat pemeriksaan atau partus set adalah jenis alcohol. Dalam melakukan desinfeksi secara kimia perlu memperhatikan beberapa hal, yaitu:
1.     Adanya rongga diantara alat-alat yang di disinfeksi
2.    Disinfektan yang digunakan harus bersifat membunuh
3.    Adanya waktu disinfeksi yang tepat
4.    Terdapat ventilasi ruangan agar larutan mudah menguap
5.    Pengenceran harus sesuai denga anjuran dan ketetapan yang telah ada
6.    Menyiapkan hand lotion untuk perawatan tangan
        Selain dengan menggunakan cara kimiawi, disinfeksi juga dapat dilakukan dengan cara merebus atau mengukus alat-alat bedah pada air masak. Untuk bahan-bahan yang tergolong dalam logam, maka caranya direbus setelah sebelumnya dicuci terlebih dahulu. Sedangkan untuk alat-alat yang bersifat karet dan mudah meleleh, sebaiknya dilakukan perebusan.
        Tindakan disinfeksi yang dilakukan pada alat-alat bedah, ditujukan untuk membersihkan alat dari mikroorganisme yang dapat menimbulkan infeksi pada pasien yang akan mendapat perlakuan yang sama dengan menggunakan alat yang sama juga. Hal ini akan mengurangi penyebaran mikroorganisme atauppun penyakit-penyakit yang dapat membahayakan pasien.
        Selain itu, bahan kimia yang dapat digunakan sebagai desinfektan yaitu golongan klorin. Selain dapat menghilangkan bau, larutan klorin juga dapat digunakan sebagai disinfeksi ruangan, permukaan-permukaan serta alat-alat yang non-bedah.
        Adapun juga antiseptic yang tergolong dalam desinfektan yang sering digunakan dalam dunia kebidanan adalah betadine yang biasa digunakan pada proses perawatan setelah penjahitan sobekan saat kelahiran bayi terjadi.
        Dengan mengadakan tindakan ini, penyebaran virus dan pertumbuhan mikroorganisme dapat ditekan sedini mungkin.

3.3 Pemeliharaan Peralatan Kesehatan
a.Pemeliharaan Peralatan Dari Logam.
Jenis peralatan :
Misalnya :
(1)pisau operasi.
(2)Gunting.
(3)Pinset.
(4)Kocher.
(5)Korentang.

Persiapan :
(1)Peralatan yang akan dibersihkan.
(2)Tempat pencucuian dengan air yang mengilir atau baskom berisi air bersih.
(3)Sabun cuci.
(4)Sikat halus.
(5)Bengkok (nierbekken).
(6)Lap kering.
(7)Larutan desinfektan.
(8)Kain kasa.
(9)Stalisator dalam keadaan siap pakai.


Pelaksanaan :
(1)Peralatan yang sudah dipergunakan, dibilas air (sebaiknya dibawah air mengalir) untuk menghilangkan kotoran yang melekat, kemudian direndam didalam larutan desinfektan sekurang-kurangnya 2 jam. Khusus peralatan yang telah dipergunakan pada pasien berpenyakit menular, harus direndam sekurang-kurangnya 24 jam.
(2)Peralatan disabuni satu per satu, kemudian dibilas. Selanjutnya disterilkan dengan cara merebus didalam sterilisator yang telah diisi air secukupnya, dimasak sampai mendidih. Setelah air mendidih sekurang-kurangnya 15 menit baru diangkat.
(3)Peralatan yang telah disterilkan, diangkat atau dipindahkan dengan korentang steril ketempat penyimpanan yang steril.
(4)Setelah selesai, peralatan dibersihkan, dibereskan dan dikembalikan ketempat semula.

Perhatian :
Khusus peralatan logam yang tajam (misalnya pisau, gunting, jarum dll) harus dibungkus dulu dengan kain kasa, kemudian barulah dimasukkan kedalam sterilisator, setelah air mendidih dan ditunggu antara 3-5 menit baru diangkat.

b.Pemeliharaan Peralatan dari Gelas.
Jenis peralatan :
Misalnya :
(1)Kateter.
(2)Pengisap lendir bayi
(3)Spuit.

Persiapan :
(1)Peralatan yang akan dibersihkan.
(2)Tempat pencucian dengan air yang mengalir ataubaskom berisi air bersih.
(3)Sabun cuci
(4)Sikat halus.
(5)Bengkok (nierbekken).
(6)Lap kering.
(7)Larutan desinfektan.
(8)Kais kasa.
(9)Sterilisator dalam keadaan siap pakai.
(10)Lidi kapas

Pelaksanaan :
Sama dengan pelaksanaan pemeliharaan peralatan dari ligam. Tapi khusus spuit, pengisapnya dikeluarkan dan jarumnya dilepas, kemudian masing-masing alat dibungkus dengan kain kasa, dan setelah itu baru dimasukkan kedalam sterilisator yang sudah berisi air dan diletakkan berdampingan.

c.Pemeliharaan Peralatan Dari Karet.
Jenis peralatan :
Misalnya :
(1)kateter.
(2)Pipa penduga lambung atau maagslang.
(3)Drain.

Persiapan :
(1)Peralatan yang akan dibersihkan.
(2)Tempat pencucian dengan air yang mengalir atau baskom.
(3)Sabun cuci.
(4)Bengkok (nierbekken).
(5)Spuit.
(6)Kapas bersih dan tempatnya.
(7)Larutan desinfektan.
(8)Sterilisator dalam keadaan siap pakai.


Pelaksanaan :
(1)peralatan dibersihkan dan jika ada bekas-bekas plastic dihilangkan dengan kapas bersih.
(2)Bagian didalamnya dibersihkan dengan menyemprotkan air dari spuit atau air mengalir sambil dipijit-pijit sampai bersih.
(3)Setelah bersih, peralatan kemudian direndam didalam larutan desinfektan sekurang-kurangnya dua jam, selanjutnya disabuni dan dibilas.
(4)Setelah air didalam sterilisator mendidih, peralatan dimasukkan dan dibiarkan antara lima samapai sepuluh menit, baru diangkat dengan korentang steril. Setelah itu peralatan disimpan ditempat yang steril.
(5)Setelah selesai, peralatan dibersihkan, dibereskan dan dikembalikan ke tempat semula.

d.Pemeliharaan sarung Tangan.
Persiapan :
(1)Sarung tangan kotor (bekas dipergunakan).
(2)Tempat pencucian dengan air mengalir atau baskom berisi air bersih.
(3)Sabun cuci.
(4)Lap kering atau handuk.
(5)Bedak biasa.
(6)Tablet formalin secukupnya.
(7)Tromol atau stoples yang tertutup rapat.

Pelaksanaan :
(1)Sarung tangan dibersihkan dan disabinu bagian luar dan dalamnya, lalu dibilas.
(2)Sarung tangan diperiksa apakah bocor atau tidak, dengan cara memasukkan udara kedalamnya, lalu dicelupkan ke dalam air. Bila bocor dipisahkan.
(3)Setelah bersih, sarung tangan dikeringkan dengan cara menggantungkannya terbalik atau langsungdikeringkan luar dan dalamnya dengan handuk atau lap kering.
(4)Beri bedak tipis secara merata bagian luar dan dalamnya.
(5)Sarung tangan diatur atau digulung sepasang-sepasang atau dipisahkan misalnya satu kelompok bagian kiri atau kanan saja. Bila dipisahkan kiri atau kanan saja, harus diberi label pengenal yang jelas pada tromol atau stoples masing-masing yang menunjukkan sebelah kanan atau kiri, serta tanggal dan jam dimulainya sterilisasi.
(6)Sarung tangan kemudian dimasukkan kedalam tromol atau stoples yang telah berisi tablet formalin untuk disterilkan selama 24 jam sejak saat dimasukkan. Untuk tromol atau stoples ukuran satu liter digunakan empat tablet formalin 50 gram.
(7)Setelah selesai, peralatan dibersihkan, dibereskan dan dikembalikan ketempat semula.




















BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Sterilisasi adalah tindakan yang dilakukan untuk menghilangkan semua mikroorganisme (bakteri, jamur, perasit dan virus) termasuk endospora bakteri dari benda-benda mati / instrument.
Desinfeksi tinggkat tinggi merupakan tindakan yang dilakukan untuk menghilangkan semua mikroorganisme kecuali endospora bakteri dengan cara merebus atau kimiawi.
Peran tenaga kesehatan dalam sterilisasi dan disinfeksi adalah sebagai pencegah infeksi (PI). Dengan adanya praktek pencegah infeksi dapat mencegah mikroorganisme berpindah dari satu individu keindividu lainnya (ibu, bayi baru lahir (BBL), dan para penolong persalinan) sehingga dapat memutus rantai penyebaran infeksi.
Tindakan- tindakan pencegahan infeksi termasuk hal-hal berikut:
• Cuci tangan
• Memakai sarung tangan dan perlengkapan pelindung lainnya
• Menggunakan teknik asepsis atau aseptic
• Memproses alat bekas pakai
• Menangani peralatan tajam dangan aman
• Menjaga kebersihan dan sanitasi lingkungan
Perbedaan antara sterilisasi dengan disinfeksi : Dalam sterilisasi, suatu benda dibebaskan dari suatu mikroorganisme secara kiomiawi atau secara fisika ; sedangkan dalam disinfeksi, infektifitas potensial dari benda/material yang dirusak/dibinasakan dengan menggunakan germicidal agents.

4.2 Saran
Saya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Maka dari itu saya sebagai penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari seluruh pihak demi sempurnanya makalah ini dan sebagai perbaikan dalam pembuatan makalah-makalah berikutnya.

DAFTAR PUSTAKA

http://limarwin.blogspot.com/2007/10/mikribiologi_dasar .html

 
www.google.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar